News / Nasional
Selasa, 11 November 2025 | 22:45 WIB
Barang bukti ditampilkan saat rilis Penanganan Kasus Ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (11/11/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Densus 88: Ledakan bom SMAN 72 Jakarta bukan aksi dari jaringan terorisme.

  • Pelaku terinspirasi fenomena Memetic Violence, meniru kekerasan dari konten ekstremis secara online.

  • Bukti kuat adalah enam nama penembak massal dunia tertulis di senjata mainannya.

Suara.com - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menyimpulkan ledakan bom yang melukai 96 orang di SMAN 72 Jakarta bukan merupakan aksi terorisme terorganisir.

Sebaliknya, insiden ini diklasifikasikan sebagai manifestasi dari Memetic Violence, yakni fenomena kekerasan yang lahir dari proses peniruan terhadap konten atau figur ekstremis di dunia maya.

Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana, menjelaskan bahwa F, siswa pelaku, tidak memiliki afiliasi dengan jaringan teroris mana pun.

“Sampai saat ini tidak ditemukan aktivitas terorisme yang dilakukan ABH. Jadi ini murni tindakan yang dilakukan adalah tindakan kriminal umum. Kalau di komunitas kekerasan ini ada istilah Memetic Violence daring,” ungkap Mayndra saat konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (11/11/2025).

Memetic Violence, atau kekerasan mimetik, merujuk pada aksi kekerasan yang dilakukan seseorang setelah meniru ideologi, taktik, atau figur ekstremis yang mereka temukan dan pelajari secara daring.

Pelaku bertindak secara individual, menjadikan kekerasan yang mereka saksikan sebagai cetak biru untuk aksi mereka sendiri.

Bukti paling signifikan yang mendukung analisis ini ditemukan pada senjata laras panjang mainan yang dibawa F.

Pada senjata tersebut, tertulis enam nama tokoh atau figur pelaku kekerasan ekstrem global yang diduga kuat menjadi inspirasinya.

Keenam figur dari spektrum Neo-Nazi, Etnonasionalis, hingga Supremasi Kulit Putih itu antara lain:

Baca Juga: Ikut Terluka hingga Tulis Pesan 'DIE', Pelaku Bom SMAN 72 Jakarta Sengaja Ledakkan Kepala Sendiri?

  1. Eric Harris dan Dylan Klebold, pelaku penembakan massal Columbine High School, AS (1999), penganut neo-Nazi;
  2. Dylann Storm Roof, penyerang gereja Charleston, AS (2015), penganut supremasi kulit putih;
  3. Alexandre Bissonnette, pelaku penembakan masjid di Quebec, Kanada (2017), dikenal dengan Islamofobia ekstrem;
  4. Vladislav Roslyakov, pelaku penembakan massal Politeknik Kerch, Crimea (2018);
  5. Brenton Tarrant, pelaku serangan masjid Christchurch, Selandia Baru (2019);
  6. Natalie Lynn 'Samantha' Rupnow, pelaku penembakan sekolah di Madison, AS (2024).

Mayndra menegaskan, temuan ini menjadi bukti kuat bahwa aksi F murni didasari oleh inspirasi, bukan instruksi dari sebuah jaringan.

"Yang bersangkutan hanya mempelajari kemudian mengikuti beberapa tindakan ekstremisme yang dilakukan bahkan posenya kemudian beberapa simbol yang ditemukan itu sekedar menginspirasi,” katanya.

Load More