News / Nasional
Jum'at, 28 November 2025 | 18:57 WIB
Alvaro Kiano Nugroho, bocah 6 tahun tewas setelah diculik dan dibunuh oleh ayah tirinya. (Suara.com/ dok. Ist)
Baca 10 detik
  • Penemuan kerangka yang diduga Alvaro (6) mengakhiri pencarian delapan bulan dan memicu kesedihan mendalam ibunya, Arum.
  • Data Kemen PPPA 2025 menunjukkan lebih dari 60 persen kasus kekerasan anak terjadi di lingkungan rumah tangga.
  • Psikolog Seto Mulyadi menyebut konflik orang dewasa seringkali membuat anak menjadi sasaran pelampiasan emosi yang tidak berdaya.

Banyak kekerasan terjadi karena orang dewasa terlalu fokus pada hubungan barunya, tanpa menilai apakah pasangan tersebut benar-benar aman bagi anak.

"Hati-hati bagi yang pernah selesai satu tahap pernikahan, menyambung lagi, butuh kehati-hatian. Yang kita pertimbangkan adalah keberlanjutan kehidupan si anak, tumbuh kembanganan," pesannya.

Ketika Konflik Orang Dewasa Dilampiaskan ke Anak

Psikolog anak, Seto Mulyadi atau Kak Seto, melihat pola yang menguat dalam sejumlah kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan pasangan orang tua: anak dijadikan pelampiasan emosi orang dewasa.

“Dia begitu dendamnya, begitu marahnya, akhirnya agresivitasnya disalurkan dengan cara membalas yang lebih menyakitkan. Ini banyak kasus begitu, anak mengalami kekerasan sampai meninggal,” kata Kak Seto.

Seto Mulyadi atau Kak Seto. [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]

Motifnya bisa bermacam-macam, kecemburuan, perselingkuhan, masalah ekonomi, relasi rumah tangga yang tidak sehat, tetapi ujungnya sama, anak dijadikan sasaran.

Kak Seto juga melihat kalau kekinian banyak orang dewasa yang seolah tidak menghargai hak hidup anak. Sayangnya, sulit mendapatkan angka pasti soal tren kekerasan terhadap anak karena banyak kasus tidak terdeteksi.

“Fenomena gunung es,” sebutnya.

Banyak kekerasan yang tidak dilaporkan atau tidak diketahui publik.

Baca Juga: Prarekonstruksi Ungkap Aksi Keji Ayah Tiri Bunuh Alvaro: Dibekap Handuk, Dibuang di Tumpukan Sampah

Membangun Teman Aman untuk Anak

Selain peran keluarga dan masyarakat, sekolah pun disebut punya andil penting. Menurut Kak Seto, anak harus dibekali pemahaman dasar tentang apa yang harus mereka lakukan jika merasa tidak aman di rumah.

“Anak-anak sebaiknya cepat minta perlindungan. Kalau ada apa-apa, datang ke RT, datang ke tetangga sebelah, cepat mengadu,” jelasnya.

Anak perlu tahu bahwa mereka berhak mendapatkan pertolongan—baik dari guru, tetangga, keluarga besar, maupun layanan perlindungan anak. Pengetahuan ini sederhana, tetapi bisa menyelamatkan nyawa.

Kasus Alvaro menunjukkan betapa berat konsekuensi ketika anak tidak memiliki ruang aman untuk berlindung.

Tragedi ini mengingatkan bahwa keretakan hubungan orang dewasa tidak boleh menjadikan anak sebagai korban.

Load More