News / Nasional
Minggu, 07 Desember 2025 | 14:43 WIB
Menteri Agama Nasaruddin Umar saat dialog Kerukunan Lintas Agama. (Dok. Humas Kemenag)
Baca 10 detik
  • Menteri Agama Nasaruddin menegaskan keimanan terkait erat dengan tanggung jawab moral menjaga kelestarian lingkungan alam.
  • Dialog Kerukunan Lintas Agama di Jakarta menggarisbawahi bahwa kerusakan alam adalah pelanggaran amanah spiritual beragama.
  • Forum tersebut menyepakati perluasan konsep kerukunan mencakup aspek ekologis untuk keberlanjutan kehidupan bersama.

Suara.com - Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa nilai keimanan tidak dapat dipisahkan dari sikap manusia terhadap lingkungan. Menurutnya, kepedulian terhadap alam merupakan bagian tak terpisahkan dari tanggung jawab moral dan spiritual umat beragama.

Pernyataan tersebut disampaikan Nasaruddin saat menghadiri dialog Kerukunan Lintas Agama yang diselenggarakan Kementerian Agama RI bekerja sama dengan Muslim World League (MWL) di Auditorium KH. M. Rasjidi, Jakarta.

Ia menilai, perilaku merusak lingkungan seperti pembakaran hutan atau membuang sampah sembarangan bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga bentuk pengingkaran terhadap amanah sebagai penjaga bumi.

“Tidak mungkin seseorang mengaku beriman secara utuh jika masih merusak lingkungan,” ujar Menag Nasaruddin Umar di Jakarta, dikutip Minggu (7/12/2025).

Nasaruddin juga menyinggung konsep ekoteologi yang telah lama ia gagas. Menurutnya, gagasan tersebut kini semakin relevan seiring meningkatnya krisis ekologis yang berdampak langsung pada kehidupan manusia.

Ia menegaskan bahwa kerukunan umat beragama tidak dapat berdiri di atas fondasi lingkungan yang rusak. Ketika alam terganggu, kata dia, stabilitas sosial, kenyamanan beribadah, hingga kesejahteraan masyarakat pun ikut terancam.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Muslim World League, Mohammed bin Abdulkarim Al-Issa, menyambut positif gagasan ekoteologi yang berkembang di Indonesia.

Ia menilai forum internasional yang mengaitkan isu agama dan ekologi masih tergolong jarang, padahal kerusakan lingkungan merupakan ancaman yang dirasakan oleh seluruh umat manusia.

“Ketika banjir atau kerusakan ekosistem terjadi, tidak ada satu pun kelompok agama yang terbebas dari dampaknya,” ujarnya.

Baca Juga: Di DPR, Menteri Agama Ungkap Angka Perceraian di Indonesia Turun

Dialog lintas agama tersebut juga menghasilkan kesepahaman bahwa konsep kerukunan perlu diperluas, tidak hanya antarumat beragama, tetapi juga mencakup hubungan manusia dengan alam. Kerukunan ekologis dinilai menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan kehidupan bersama.

Melalui pendekatan ekoteologi, Indonesia menawarkan model kerukunan baru yang menggabungkan nilai spiritual, etika publik, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan di tengah tantangan krisis ekologis global.

Load More