- Mantan penyidik KPK Praswad menduga korupsi izin sumber daya alam memicu bencana banjir dan longsor di Sumatra.
- Praktik suap izin menyebabkan eksploitasi alam berlebihan merusak fungsi hutan penahan bencana ekologis.
- Korupsi sektor lingkungan melibatkan jaringan luas dan berdampak merugikan masyarakat serta merupakan kejahatan luar biasa.
Suara.com - Mantan Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Praswad Nugraha menduga adanya korupsi yang berdampak bagi lingkungan sehingga menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor di Sumatra.
Salah satu praktik yang dia duga terjadi ialah korupsi dalam pemberian izin pengelolaan sumber daya alam seperti penebangan kayu dan pertambangan yang menjadi akar kerusakan lingkungan secara sistematis.
“Modus suap untuk mengamankan izin, baik yang bersifat fiktif maupun yang diiringi pelanggaran tertentu, telah menyebabkan eksploitasi alam secara berlebihan dan tidak terkendali. Izin resmi yang dikeluarkan atas dasar suap dan transaksi gelap, bukan berdasarkan kajian lingkungan yang benar, pada hakikatnya adalah izin untuk menghancurkan,” kata Praswad dalam keterangannya, Senin (8/12/2025).
Hal itu dinilai menggerus daya dukung lingkungan, menghancurkan hutan sebagai penahan air dan pencegah erosi, serta mencemari air dan tanah secara langsung.
Dengan begitu, lanjut dia, fungsi hutan sebagai penyeimbang ekosistem dan penahan bencana punah, sehingga masyarakat menjadi rentan terhadap banjir bandang, longsor, dan bencana ekologis lainnya.
“Hal ini semakin menguatkan pondasi bahwa kejahatan korupsi adalah kejahatan luar biasa yang menimbulkan penderitaan rakyat sampai di titik terdalam. Segala upaya untuk menurunkan klasifikasi kejahatan korupsi dari kejahatan luar biasa menjadi kejahatan biasa adalah sesat dan menyesatkan,” ujar Praswad.
Lebih lanjut, dia menyebut korupsi di sektor lingkungan hidup dan kehutanan seringkali melibatkan jaringan yang luas, mulai dari pejabat daerah, penegak hukum, hingga pengusaha.
“Praktik ‘uang pelicin’ untuk melancarkan izin atau menghindari sanksi telah membuat aturan perlindungan lingkungan hanya menjadi formalitas di atas kertas,” tegas Praswad.
Kerusakan yang terjadi di Sumatra, khususnya di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat disebut sebagai bukti nyata dari kegagalan pengawasan dan penegakan hukum akibat terjadinya praktik korupsi.
Baca Juga: RSUD Aceh Tamiang Dibersihkan Pascabanjir, Kemenkes Targetkan Layanan Kesehatan Segera Pulih
Untuk itu, Praswad menyebut momentum bencana alam ini harus dijadikan wake up call untuk mengevaluasi dan membersihkan seluruh proses perizinan dan pengawasan di sektor sumber daya alam.
Kemudian, Praswad juga menegaskan pemberantasan korupsi di sektor lingkungan hidup pada hakikatnya adalah aksi penyelamatan kemanusiaan.
“Setiap rupiah yang diselewengkan dari anggaran perlindungan lingkungan atau diterima sebagai suap untuk mengabaikan aturan, berubah menjadi biaya yang harus dibayar mahal oleh masyarakat, yakni berupa nyawa yang melayang, keluarga yang kehilangan tempat tinggal, petani dan nelayan yang kehilangan mata pencaharian, serta kerusakan alam yang membutuhkan pemulihan bertahun-tahun,” tutur Praswad.
“Korupsi yang menggerogoti sektor lingkungan adalah kejahatan lintas generasi. Setiap kali kita membiarkan satu izin terbit karena suap, satu pengawasan dilupakan karena imbalan, sama saja kita menyetujui izin untuk bencana yang berulang, di mana rakyat kecil yang selalu menjadi korbannya,” tambah dia.
Praswad lantas menyampaikan duka cita untuk masyarakat yang terdampak bencana banjir dan tanah longsor di Sumatra yang dipicu oleh kerusakan lingkungan.
“Semoga musibah ini menguatkan tekad bersama untuk mengawal transparansi dan akuntabilitas dalam setiap kebijakan pengelolaan lingkungan hidup,” tandas Praswad.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
- 7 Rekomendasi Sabun Cuci Muka dengan Niacinamide untuk Mencerahkan Kulit Kusam
- John Heitingga: Timnas Indonesia Punya Pemain Luar Biasa
Pilihan
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
Terkini
-
DPR Desak Pusat Ambil Alih Pendanaan Bencana Sumatra karena APBD Daerah Tak Mampu
-
Pemulihan Jaringan Telekomunikasi di Sumatra Terus Dikebut, Kondisi di Aceh Paling Parah
-
Jelang Nataru 2025, Organda Soroti Jalan Rusak hingga Solar Langka
-
KPK Periksa Sekjen Kemnaker Terkait Kasus Dugaan Pemerasan Eks Wamenaker Noel
-
Upaya Pemprov DKI Selamatkan Muara Angke dari Ancaman Banjir Rob
-
Utang KUR Petani Korban Bencana Sumatra Dihapus, DPR Nilai Masih Belum Cukup
-
Update Tanggul Muara Baru Bocor Air Laut: Dinas SDA DKI Klaim Sudah Diperbaiki
-
Gubsu Bobby Nasution Bilang Kerugian Akibat Banjir-Longsor di Sumut Rp 9,98 Triliun
-
Penting! Tanggul di Utara Jakarta Saat Ini Bukan Giant Sea Wall, Ini Kata Pemprov DKI
-
Ramalan Ahok Soal Banjir Sampai Monas Meleset, Ini Kata Pramono Anung