News / Nasional
Senin, 08 Desember 2025 | 15:34 WIB
Ilustrasi Bupati Aceh Selatan umrah di tengah bencana banjir melanda daerahnya. [Suara.com/Ema]
Baca 10 detik
  • Bupati Aceh Selatan umrah di tengah bencana banjir besar di daerahnya.
  • Presiden Prabowo murka, instruksikan Mendagri Tito Karnavian proses sanksi pencopotan.
  • Kehadiran pemimpin saat bencana penting untuk komando dan kekuatan moral warga.

Suara.com - SUASANA rapat penanganan bencana di Banda Aceh pada Minggu, 7 Desember 2025, awalnya terasa formal dan tertib. Presiden Prabowo Subianto membuka pertemuan dengan nada apresiatif, memuji para kepala daerah yang bertahan di garis depan bersama warga mereka yang dilanda musibah.

“Memang kalian dipilih untuk menghadapi kesulitan,” ujar Prabowo.

Namun, atmosfer formal itu pecah seketika. Saat sorotan tajam mengarah pada satu nama: Bupati Aceh Selatan, Mirwan MS, yang justru berada di Tanah Suci ketika wilayahnya terendam, nada suara presiden berubah menjadi sindiran menusuk.

“Kalau ada yang mau lari, lari saja enggak apa-apa hehe. Copot,” ucap Prabowo sambil menoleh ke Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian.

“Mendagri bisa ya diproses ini?” lanjutnya, meminta konfirmasi.

“Bisa, Pak!,” jawab Tito singkat dan tegas.

Sebagai mantan jenderal, Prabowo menarik analogi militer, menyebut tindakan Mirwan sebagai disersi.

“Dalam keadaan bahaya, meninggalkan anak buah, waduh… itu enggak bisa!” katanya.

Sindiran itu belum berhenti. Sebagai Ketua Umum Partai Gerindra—partai yang menaungi Mirwan—Prabowo melontarkan pertanyaan telak.

Baca Juga: DPR RI Beberkan 'Jalan Pintas' Lengserkan Bupati Aceh Selatan: Kuncinya Ada di Tangan DPRD

“Saya enggak mau tanya partai mana. Sudah kau pecat?”

Instruksi tegas Prabowo di hadapan para pejabat tinggi negara itu bukan sekadar teguran. Momen tersebut menjadi pelajaran mahal bagi seluruh kepala daerah di Indonesia.

ilustrasi / Warga berjalan di dekat bangunan sekolah yang terdampak banjir bandang di Ladang Rimba, Kabupaten Aceh Selatan. (Antara/BPBD Aceh Selatan)

Absen di Tengah Derita Warga

Ironisnya, saat banjir dan longsor menerjang 11 kecamatan di Aceh Selatan, sang bupati justru memilih absen. Padahal, beberapa hari sebelumnya, pada 27 November, ia sempat meneken surat yang menyatakan “ketidaksanggupan” daerahnya menangani kondisi darurat.

Pada 2 Desember, Mirwan diketahui terbang ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah umrah bersama keluarganya—tepat di saat sebagian warganya masih meringkuk di tenda-tenda pengungsian.

Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan mencoba membela, mengklaim sang bupati berangkat setelah kondisi dinilai stabil. Namun, pembelaan itu goyah oleh kesaksian dari lapangan. Salah seorang warga menegaskan bahwa meski air mulai surut, pengungsi masih ada.

Load More