Suara.com - Maskapai penerbangan Malaysia Airlines memerlukan dana talangan dari pemegang saham terbesar Khazanah Nasional Bhd. Dana talangan itu diperlukan untuk menyelamatkan kondisi keuangan perusahaan penerbangan terbesar keempat di Malaysia itu.
Hilangnya pesawat MH370 sejak Sabtu (8/3/2014) lalu membuat kas keuangan perusahaan semakin tergerus. Manajemen MAS menanggung semua biaya keluarga penumpang MH370 untuk datang ke Kuala Lumpur. Bukan itu saja, CEO MAS Ahmad Jauhari juga sudah menjanjikan bantuan keuangan 5 ribu dolar Amerika atau sekitar Rp55 juta kepada seluruh keluarga penumpang MH370.
Tambahan pengeluaran itu akan membuat kondisi keuangan MAS semakin “berdarah.” Tanpa adanya insiden MH370, MAS selalu mencatat kerugian dalam enam tahun terakhir. Akhir tahun lalu, perusahaan penerbangan plat merah itu mencatat kerugian 1,2 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp13 triliun.
“Dalam tiga tahun terakhir, dana operasional Malaysia Airlines juga terus defisit. Ini akan mempengaruhi operasional MAS. Musibah MH370 akan semakin memperparah kondisi keuangan sehingga MAS perlu suntikan dana segar dari pemegang saham serta melakukan restrukturisasi utang,” kata Bertrand Grabowski, analis penerbangan dari bank DVB.
Hingga kini, belum ada kalkukasi tentang berapa besar biaya yang harus dikeluarkan oleh MAS terkait hilangnya MH370. Karena pesawat tersebut diasuransikan, maka kompensasi kepada keluarga penumpang akan dibayar oleh perusahaan asuransi.
Namun, MAS harus mengeluarkan dana lebih besar apabila keluarga penumpang memenangkan gugatan hukum yang sudah didaftarkan di pengadilan di Illinois, Amerika Serikat. Bertrand mengatakan, salah satu cara yang harus dilakukan MAS agar bisa tetap beroperasi adalah memangkas rute serta kapasitas perusahaan. (Bloomberg/Reuters)
Berita Terkait
-
Bolehkah Berangkat Haji Pakai Dana Pinjaman dan Kredit? Ini Penjelasan Ulama NU!
-
Anggaran Program MBG Pakai Dana Talangan Pribadi Penyedia Makan
-
Satu Dekade Berlalu, Malaysia Kembali Cari Pesawat MH370 yang Hilang Misterius
-
Pemerintah Diminta Tak Beri Dana Talangan untuk Sritex, Pakar Ungkap Risikonya
-
Sudah 18 Tahun, Pemerintah Masih Kesulitan Buru Utang Rp2,23 Triliun Lumpur Lapindo ke Grup Bakrie
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Survei: BI Bakal Tahan Suku Bunga di 4,75 Persen, Siapkan Kejutan di Desember
-
Berapa Uang yang Dibutuhkan untuk Capai Financial Freedom? Begini Trik Menghitungnya
-
Tiru Negara ASEAN, Kemenkeu Bidik Tarif Cukai Minuman Manis Rp1.700/Liter
-
Pemerintah Bidik Pemasukan Tambahan Rp2 Triliun dari Bea Keluar Emas Batangan di 2026
-
BRI Dukung PRABU Expo 2025, Dorong Transformasi Teknologi bagi UMKM Naik Kelas
-
Bunga KUR Resmi Flat 6 Persen dan Batas Pengajuan Dihapus
-
Finex Rayakan 13 Tahun Berkarya
-
Pertamina Blokir 394.000 Nomor Kendaraan, Tak Bisa Lagi Beli Pertalite dan Solar Subsidi
-
Pertamina Setor Dividen Jumbo ke Danantara, Capai Rp 23 Triliun hingga September 2025
-
BTN Gandeng Arsitek Hingga Pengembang Gali Inovasi Baru Sektor Properti