Suara.com - Dua musibah yang menimpa Malaysia Airlines dalam empat bulan membuat maskapai penerbangan milik pemerintah Malaysia itu tengah mempertimbangkan untuk mengganti nama. Penggantian nama diharapkan bisa mengubah imej Malaysia Airlines yang semakin terpuruk ketika MH370 hilang dan MH17 ditembak jatuh di Ukraina.
Biasanya, perubahan nama memberikan dampak positif terhadap kinerja perubahan. Salah satu contohnya adalah maskapai penerbangan AirTran yang sebelumnya bernama ValuJet Airlines. Pada 1996, pesawat ValuJet jatuh setelah lepas landas dari bandara Miami International, Amerika Serikat.
592 penumpang tewas dan musibah ini membuat imej ValuJet semakin buruk di industri penerbangan. Pada September 1997, ValuJet mengganti namanya menjadi AirTran. Setelah pengumuman perubahan nama itu, saham AirTran langsung melonjak 33 persen. Sukses yang dialami AirTran kemungkian besar akan diikuti oleh Malaysia Airlines.
“Ide untuk mengganti nama Malaysia Airlines bukan ide yang buruk. Penggantian nama juga bukan hal yang menyakitkan dan justru bisa membantu seiring dengan perjalanan waktu,” kata John Howe, professor keuangan di University of Misouri-Colombia.
“Ada berapa banyak orang yang tahu sekarang bahwa AirTran tadinya adalah ValuJet,” kata John.
Mengubah nama perusahaan adalah hal yang mudah, kata Stephen Pruitt, professor keuangan di Univetrsity of Misouri-Kansas City. Karena, orang biasanya mempunyai daya ingat yang pendek.
“ValuJet sudah dilupakan orang hanya beberapa tahun setelah terjadinya kecelakaan pada 1996. Itu terjadi karena perubahan nama serta revisi rencana bisnis perusahaan,” kata Pruitt.
Namun, kasus yang dialami ValuJet mungkin sedikit berbeda dengan yang dialami Malaysia Airlines. Sebelum ditimpa musibah hilangnya MH370 dan MH17, keuangan perusahaan itu selalu negatif dalam tiga tahun terakhir. Jadi, perubahan nama sepertinya tidak akan terlalu banyak memberi pengaruh apabila tidak diikuti dengan perbaikan di sektor lainnya. (TheAtlantic)
Berita Terkait
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
-
Penyebab Rupiah Loyo Hingga ke Level Rp 16.700 per USD
-
Kapan Timnas Indonesia OTW ke Arab Saudi? Catat Jadwalnya
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
Terkini
-
Hari Sungai Sedunia, Telkom Gandeng Pandawara Gelar River Clean Up di Cioray Bandung
-
Anak Usaha Produsen Susu dan Es Krim Diamond Digugat PKPU, Dianggap Punya Utang Rp367 Juta
-
Kebijakan Kuota Impor Kemenperin Dipertanyakan, Industri Tekstil RI Kian Babak Belur
-
Emiten Properti PPRO Mulai Masuk Bisnis Fasilitas Olah Raga
-
Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara Tembus 32 Persen, BI Ungkap Rahasianya
-
Penyebab Rupiah Loyo Hingga ke Level Rp 16.700 per USD
-
50 UMKM Raih Sertifikasi Produk Halal, Hasil Pelatihan dari BCA Syariah dan Istiqlal Halal Center
-
Dari Sampah Jadi Rupiah: BRI Peduli Ubah Minyak Jelantah Jadi Produk Bernilai Ekonomi!
-
Rupiah Terkapar, Ini Daftar Nilai Tukar Rupiah di 8 Bank
-
Serba-Serbi Sumitronomics: Digagas Ayah Prabowo, Digaungkan Menkeu Purbaya