Suara.com - Ekonom asal Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sri Adiningsih, berpendapat, pasangan presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo-Jusuf Kalla akan mengalami kesulitan, bila Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 tidak diubah.
"Kesulitannya, anggaran 2015 yang diklaim Pemerintahan saat ini sebagai baseline itu, ternyata tidak atau sedikit menyisakaan ruang buat pemerintah baru nantinya," kata Sri, di Jakarta, Selasa.
Hal itu, lanjut dia, selain anggaran untuk operasional dan pelayanan publik, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhyono ternyata masih juga menganggarkan biaya untuk melanjutkan 'kebijakan pembangunannya'. Akibatnya, semua dana di APBN sudah ada alokasi penggunaannya yang selaras dengan kebijakan Pemerintah sekarang.
"Ini artinya Pemerintah baru akan tidak mudah untuk mendapatkan anggaran untuk mengimplementasikan visi misinya dengan cepat," kata Sri Adiningsih.
Hal itu, kata Sri, bisa menjadi masalah karena harapan publik akan adanya perubahan setelah pemerintah baru terbentuk tidak dapat dipenuhi, sehingga lobi agar pemerintah dan DPR memberikan 'fiscal space' yang longgar pada Pemerintah baru perlu segera dilakukan.
Ia menilai RAPBN 2015 menunjukkan karakter Pemerintahan SBY-Boediono seperti biasanya, yang bila dilihat dari posturnya menunjukkan pengelolaan keuangan negara tidak sehat.
Hal itu, kata dia, dilihat dari pengeluaran berat untuk kegiatan rutin ataupun yang dampak multipliernya rendah, sementara anggaran untuk pembangunan infrastruktur justru turun dibandingkan tahun 2014 dan investasi minim.
"Masih ditambah beban subsudi meningkat dan pengeluaran populis besar. Sayangnya tidak didukung oleh pendapatan yang mencukupi, sehingga defisitnya sudah dipatok tinggi 2,32 persen dari PDB atau hampir menyentuh batas atas defisit yang diijinkan," ujarnya.
Menurut dia, beban berat itu muncul karena ekspektasi tambahan penerimaan negara dari Blok Cepu yang mestinya beroperasi Agustus 2014 ternyata belum beroperasi.
"Mungkin beroperasi mulai Maret 2015, tapi itupun belum ada jaminan," katanya.
Oleh karena itu, dirinya mengusulkan agar ada perubahan pada politik anggaran yang direvisi untuk RAPBN 2015.
Sebagai gambaran singkat, Sri Adiningsih menjelaskan seluruh pendapatan negara di 2015 diproyeksikan untuk dihabiskan 14,3 persennya ke gaji pegawai negeri, membayar bunga utang 7,6 persen, transfer dana ke daerah 31,69 persen, subsidi energi 18 persen, dan anggaran pendidikan 22,9 persen.
"Itu total sudah 94,5 persen dari pengeluaran," tuturnya.
Perlu diberi perhatian juga pada pos subsidi dan membayar bunga utang, yang jumlahnya sudah lebih dari 25 persen dari total pengeluaran. Tanpa perubahan dalam politik anggaran, Pemerintah baru tidak akan bisa melaksanakan visi misinya, ucap Sri. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Untung Rugi Redenominasi Rupiah
-
54 SPBU Disanksi dan 3.500 Kendaraan Diblokir Pertamina Akibat Penyelewengan BBM
-
Harga Perak: Turun Tipis Dalam Sepekan, Harga Dunia Menguat
-
Gaji Pensiunan ASN, TNI Dan Polri Taspen Naik Tahun 2025: Cek Faktanya
-
AADI Tebar Dividen Interim Rp4,17 Triliun, Potensi Rp 536 per Saham: Cek Jadwalnya
-
Mengapresiasi Inovasi: Energi Penggerak Menuju Indonesia Emas 2045
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
Harga Emas Stabil di US$ 4.000, Apakah Bisa Tembus Level US$ 5.000?
-
Prediksi Bitcoin: Ada Proyeksi Anjlok US$ 56.000, Analis Yakin Sudah Capai Harga Bottom
-
Bocoran 13 IPO Saham Terbaru, Mayoritas Perusahaan Besar Sektor Energi