Suara.com - Bank Indonesia meminta perbankan dan lembaga non-bank penerbit kartu kredit mengimplementasikan keharusan penggunaan enam digit nomor identifikasi personal (PIN) sebagai sarana verifikasi dan autentikasi bertransaksi. Aturan itu akan mulai berlaku 31 Desember 2014 atau awal 2015.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas yakin penggunaan enam digit PIN dapat meningkatkan keamanan bagi konsumen dan semakin menguatkan manajemen risiko. Dengan pemberlakuan enam digit PIN, mekanisme penggunaan tanda tangan dalam bertransaksi dengan kartu kredit akan dihapuskan.
"Kalau menggunakan PIN lebih aman, karena menggunakan angka rahasia. Angka rahasia itu hanya diketahui pemiliknya. Jadi pemilik juga tidak boleh memberi tahu PIN-nya ke siapa pun," ujar dia.
Penggunaan PIN juga, menurut Ronald, akan lebih aman karena PIN telah terenskripsi dalam sistem yang bekerja secara "real time".
Namun, penggunaan PIN ini tidak berlaku bagu kartu kredit dengan penerbit dari luar negeri atau untuk transaksi di negara asing yang masih melakukan verifikasi dan autentikasi dengan tanda tangan.
Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Ida Nuryanti menambahkan pihaknya telah menginstruksikan perbankan dan lembaga penerbit kartu kredit lainnya untuk menysialisasikan ihwal perubahan proses verifikasi transaksi ini.
Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) mengaku sudah mengoptimalkan proses transisi perubahan sistem verifikasi ini bagi pengguna maupun penerbit.
Meskipun terdapat enam digit PIN baru, Asosiasi menyatakan tiga digit di belakang kartu untuk verifikasi atau "card verification value" yang selama ini biasa dipergunakan masih akan tertera di kartu.
"Itu jadinya akan menambah pengamanan," ujar dia.
Steve mengaku memang akan terdapat tantangan dalam penerapan sistem baru ini, misalnya dalam hal pengadaan mesin verifikasi baru atau masalah sosialisasi dari penerbit ke pengguna.
"Tapi kita akan buat semulus mungkin untuk transisi ini dalam sisa waktu sebelum implementasi," ujar dia.
Penerapan PIN untuk kartu kredit ini sudah dilakukan di beberapa negara di Eropa, dan juga negara Australia, namun masih yang sedikit di Asia Tenggara.
"Di Malaysia juga baru mulai," kata Steve. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Prediksi IHSG Hari Ini di Tengah Pelemahan Bursa Asia Imbas Tekanan Tarif Trump
-
Anggaran MBG Rp 1,2 Triliun per Hari, Begini Kata Menteri Keuangan
-
Berapa Gaji Pejabat BGN yang Urusi MBG? Ini Penjelasannya
-
INET Umumkan Rights Issue Jumbo Rp1,78 Triliun, Untuk Apa Saja Dananya?
-
Tukad Badung Bebas Sampah: BRI Gandeng Milenial Wujudkan Sungai Bersih Demi Masa Depan
-
Lowongan Kerja KAI Properti untuk 11 Posisi: Tersedia untuk Semua Jurusan
-
Cukai Tembakau Tidak Naik, Ini Daftar Saham yang Diprediksi Bakal Meroket!
-
BRI Peduli Salurkan Ambulance untuk Masyarakat Kuningan, Siap Layani Kebutuhan Darurat!
-
IHSG Cetak Rekor Pekan Ini, Investor Asing Banjiri Pasar Modal Indonesia
-
Cara Hemat Rp 10 Juta dalam 3 Bulan untuk Persiapan Bonus Natal dan Tahun Baru!