Suara.com - Presiden Joko Widodo diminta tidak menggabungkan Kementerian Perumahan Rakyat dengan Kementerian Pekerjaan Umum. Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda mengatakan, penggabungan dua kementerian itu akan menjadi jalan mundur bagi penyediaan rumah rakyat.
Selain itu, penggabungan ini dapat menjadikan kontrol dan fokus pemerintah terhadap perumahan rakyat menjadi terpinggirkan dibandingkan dengan perkembangan infrastruktur yang ada.
“Hal ini dianggap banyak pihak merupakan pemahaman yang dangkal terhadap kepentingan penyediaan rumah rakyat dimana pemerintah seharusnya dapat menjadi motor penggerak utama dan tidak hanya sebatas anak tiri seperti yang sampai saat ini terjadi untuk sektor perumahan rakyat. Jenjang karir di Kementerian PU akan sulit ditembus oleh profesional karenanya perubahan mind set dalam Kementerian PU harus dirubah drastis,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (22/10/2014).
Ali mengungkapkan, beberapa hal akan mengganggu kinerja kementrian bila benar Perumahan Rakyat digabungkan dengan Pekerjaan Umum. Karena, dua Kementerian itu merupakan dua buah sektor besar yang meskipun dapat digabung namun menyisakan dua perbedaan kepentingan.
“Indonesia Property Watch mengusulkan tetap adanya dua yaitu Kementrian PU dan Kementerian Perumahan Rakyat dan Prasarana Wilayah. Penambahan Prasarana Wilayah dalam Kementerian Perumahan Rakyat mengingat saat ini banyak penyediaan rumah rakyat yang terbentur masalah prasarana di wilayah pemda yang membutuhkan penanganan yang terintegrasi dengan perencanaan tata ruang wilayah. Sedangkan untuk infrastruktur perkotaan dan nasional diserahkan kepada Kementerian PU,” jelasnya.
Selain itu, tambah Ali, isu-isu nama calon menteri yang ada untuk mengurus kementerian ini dikhawatirkan tidak mempunyai latar belakang yang cukup untuk dapat menggerakan roda perumahan rakyat. Seharusnya Jokowi dapat memilih menteri tidak hanya semata-mata dilihat dari kacamata profesional melainkan seorang profesional yang benar-benar memahami perumahan rakyat.
“Karena intinya bukanlah hanya profesional namun lebih dari itu yang harus telah terbukti track recordnya untuk perkembangan perumahan rakyat. Calon-calon yang diusung masih belum menggambarkan kompetensi tersebut dan hanya terbatas profesional meskipun latar belakangnya belum menyentuh perumahan rakyat," tegasnya.
Ali menambahkan, pendekatan pemahaman perumahan rakyat akan berbeda dengan pasar perumahan secara umum. Pemerintah harus lebih fokus mengurus public housing dan bukan perumahan umum komersial. Hendaknya pemerintahan yang baru tidak salah pilih lagi sosok Menteri Perumahan Rakyat yang saat ini membuat iklim penyediaan rumah rakyat tidak berjalan dengan baik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
Terkini
-
Warga Ujung Negeri Kini Hidup dalam Terang, Listrik PLN Bawa Harapan Baru
-
SIG Pimpin BUMN Klaster Infrastruktur Perkuat Riset Konstruksi Rendah Karbon
-
Perusahaan Rokok Sampoerna Beli Patriot Bond Rp 500 Miliar, Ini Tujuannya
-
Bahlil Ingin Belajar Produksi Bioenergi Karbon dari Brasil
-
Nasib Perobohan Tiang Monorel Masih Tunggu Perumusan Skema
-
Wacana Kebijakan Kemasan Rokok Polos Dinilai Bisa Ganggu Rantai Pasok IHT
-
Aset Dana Pensiun Indonesia Tertinggal Jauh dari Malaysia
-
Menkeu Purbaya dan Bos Pertamina Lakukan Pertemuan Tertutup: Mereka Semakin Semangat Bangun Kilang
-
Sedih, 80 Persen Lansia Gantungkan Hidup di Generasi Sandwich
-
Transaksi Aset Kripto Tembus Rp 446,55 Triliun, Gimana Peluang dan Tantangannya?