Suara.com - Hari ini nilai tukar rupiah, melemah lebih dari 100 poin dan menyentuh titik terendahnya sejak Agustus 2008. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Sofyan Djalil mengatakan, rupiah melemah gara-gara dolar AS 'pulang kampung'.
"Gejala rupiah ini bukan gejala spesifik Indonesia. Orang mengatakan mega trend, dolar itu pulang kampung, karena ekonomi AS ternyata bagus sekali. Dolar yang tadinya di luar, mereka melihat oportunity di AS lebih baik. Oleh sebab itu dolar mulai kembali ke AS. Itu yang menyebabkan depresiasi mata uang, bukan hanya Indonesia," kata Sofyan di kantor Wakil Presiden (Wapres), Jakarta Pusat, Senin (15/12/2014).
Jika dibandingkan mata uang di kawasan Asia, Sofyan mengungkapkan, pelemahan rupiah tidak terlalu dalam, yakni hanya 2,5 persen dibanding Desember 2013.
"Yen itu 15 persen, baht sekitar 6 persen, ringgit sekitar 5-6 persen. Seluruh mata uang dunia mengalami hal yang sama," ungkapnya.
Selain itu, Sofyan menjelaskan, nilai dolar AS juga terdongkrak oleh rencana The Federal Reserve untuk menaikkan tingkat suku bunga di AS.
"FOMC (The Federal Open Market Committee) mereka sebut akan diadakan tanggal 19 Desember. Kalau keputusan FOMC, misalnya, mau menaikkan suku bunga The Fed, investasi dolar jadi lebih menarik lagi," jelasnya.
Selanjutnya, Sofyan menambahkan, ada faktor lainnya yang mempengaruhi lemahnya nilai tukar rupiah, yaitu banyaknya perusahaan dalam negeri yang membutuhkan dolar untuk bayar utang valuta asing (valas).
"Karena akhir tahun perusahaan-perusahaan biasanya menukar uang dolar untuk bayar utang. itu dua faktor yang mempengaruhi nilai rupiah," pungkasnya.
Berita Terkait
-
kumparan Green Initiative Conference 2025: Visi Ekonomi Hijau, Target Kemandirian Energi Indonesia
-
Rombak Anggaran ala Purbaya: Gebrakan atau Judi Ekonomi?
-
Ekonomi Dunia di Ambang Melambat, Bos BI Ungkap Biang Keroknya
-
32 Hotel Jaringan Archipelago Berpartisipasi Dukung Produk UMKM Lokal
-
Dorong Ekonomi Kerakyatan, BRI Salurkan KUR Rp114,28 Triliun hingga Agustus 2025
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
Terkini
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Buat Tambahan Duit Perang, Putin Bakal Palak Pajak Buat Orang Kaya
-
Bank Mandiri Akan Salurkan Rp 55 Triliun Dana Pemerintah ke UMKM
-
Investasi Properti di Asia Pasifik Tumbuh, Negara-negara Ini Jadi Incaran
-
kumparan Green Initiative Conference 2025: Visi Ekonomi Hijau, Target Kemandirian Energi Indonesia
-
LHKPN Wali Kota Prabumulih Disorot, Tanah 1 Hektare Lebih Dihargai 40 Jutaan