Suara.com - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, mengakui ada kemungkinan pengadaan barang dan jasa pemerintah tidak tepat waktu dan terlambat dari jadwal yang ditetapkan pada akhir Maret 2015.
"Kita sudah memperbaiki e-procurement, tapi mungkin belanja pemerintah belum berjalan sesuai yang diharapkan. Tendernya mungkin belum berjalan. Ini lebih (ke) masalah teknis," ujarnya di Jakarta, Senin (30/3/2015).
Sofyan mengatakan, proses tender barang dan jasa setelah pengesahan APBN-P 2015, mestinya sudah harus dilakukan untuk mendorong perekonomian. Ini sesuai dengan Inpres Nomor 1 Tahun 2015 tentang percepatan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Imbauan Presiden tersebut, lanjut Sofyan, bertujuan agar proses pembangunan yang direncanakan pemerintah tidak terhambat dan berjalan tepat waktu. Terutama menurutnya bagi pengadaan jasa konstruksi yang penyelesaiannya dilakukan dalam waktu setahun saja.
"Kualitas belanja lebih baik kalau tender dilakukan hari ini, (agar) ada jangka waktu delapan bulan. Kalau tender pada Juli, membangunnya cuma lima bulan, jadi ada masalah pada kualitas. Apalagi kalau tender baru September, praktis proyek tidak berjalan," ujarnya.
Selain itu, menurut Sofyan, penyerapan belanja yang dipercepat dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Antara lain bisa membantu tumbuhnya sektor jasa konstruksi, menciptakan lapangan pekerjaan baru, serta melahirkan berbagai dampak positif lainnya.
Mengenai kemungkinan masih banyaknya kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah yang belum menggunakan sistem e-procurement, Sofyan hanya meminta agar sistem pengadaan elektronik tersebut digunakan secara maksimal sesuai Inpres dimaksud.
Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro, lebih optimistis jika pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan sesuai jadwal. Hal itu terutama setelah kementerian/lembaga dipastikan melakukan penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) paling lambat pada akhir April 2015.
"Sebagian besar sudah selesai (penyerahan DIPA-nya), sehingga sudah bisa dieksekusi (belanjanya) di lapangan. Mayoritas dari 55 kementerian/lembaga, sudah di atas 45 yang selesai. Target kami tak lebih dari April akan selesai," tegasnya. [Antara]
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
LPDB Koperasi Akselerasi Penyelesaian Dana Bergulir di Provinsi Bali
-
Dongkrak Produksi Minyak di Papua, SKK Migas dan Petrogas Mulai Injeksi Kimia di Lapangan Walio
-
Menperin Minta Insentif Otomotif ke Menkeu
-
Barcelona dan BRI Kolaborasi, Bayar Cicilan di BRImo Bisa Ketemu Lamine Yamal
-
IHSG Menutup 2025 di Level Tertinggi, OJK Buka Rahasia Pasar Modal RI yang Solid
-
Catatan Akhir Tahun, Aktivitas Industri Manufaktur RI Melambat
-
Cicilan HP ShopeePayLater vs Kredivo, Mana yang Lebih Murah
-
Pemerintah Tegaskan Impor Daging Sapi untuk Industri Bukan Kosumsi Masyarakat
-
Catatan Akhir Tahun: Waspada Efek 'Involusi' China dan Banjir Barang Murah di Pasar ASEAN
-
Pencabutan Insentif Mobil Listrik Perlu Kajian Matang di Tengah Gejolak Harga Minyak