Suara.com - Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah berharap Pemerintah mendorong penurunan bunga kredit perbankan menyusul penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 0,25 basis poin yang sudah dilakukan sejak beberapa bulan lalu.
"BI rate kan sudah turun, tetapi memang penurunan BI rate ini tidak harus diikuti oleh penurunan suku bunga setiap perbankan," kata Wakil Ketua Bidang Promosi, Humas dan Publikasi DPD REI Jawa Tengah Dibya Krisnanda Hidayat di Semarang, Kamis, (2/5/2015).
Meski demikian, pihaknya berharap agar Pemerintah mampu mendorong perbankan untuk segera ikut menurunkan suku bunga salah satunya kredit sehingga dapat meringankan masyarakat.
Menurut dia, sejauh ini satu-satunya dampak penurunan suku bunga acuan BI tersebut adalah perbankan mulai berani melakukan fix rate atau bunga tetap dalam jangka waktu lama salah satunya dua tahun.
"Kalau sebelumnya kan cenderung tidak ada yang berani mengeluarkan fix rate tetapi floating rate yaitu mengikuti keadaan pasar yang bisa naik atau turun setiap saat," katanya.
Pihaknya berharap, dengan adanya penurunan suku bunga kredit dari perbankan tersebut dapat mendorong peningkatan transaksi sektor properti di Jawa Tengah. Meski belum menyampaikan target nominal untuk tahun ini, namun pihaknya berharap agar realisasi capaian penjualan pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp500 miliar untuk seluruh tipe rumah.
Sementara itu, Ketua DPD REI Jateng MR Prijanto juga berharap agar kondisi ekonomi pada awal tahun ini tidak berdampak signifikan terhadap penjualan rumah di Jawa Tengah sehingga target pembangunan 10 ribu unit rumah untuk tahun ini dapat terealisasi.
"Memang kalau kenaikan dolar AS tidak begitu berpengaruh terhadap ongkos produksi rumah, bahkan material yang didatangkan secara impor yaitu semen dan besi juga belum mengalami kenaikan harga," katanya.
Menurut dia, yang sangat berpengaruh terhadap kenaikan harga material sehingga berdampak pada tingginya ongkos produksi yaitu kenaikan harga BBM.
Selama ini yang terjadi dari fluktuasi harga BBM tersebut adalah jika harga BBM mengalami kenaikan akan langsung diikuti oleh kenaikan harga material bangunan, tetapi ketika harga BBM turun tidak diikuti oleh penurunan komoditas tersebut. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Prabowo Disebut Reshuffle Kabinet Sore Ini! Ganti 4 Menteri, Menhan Rangkap Menkopolhukam
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Apa Itu NJOP? Pengertian, Fungsi dan Cara Menghitungnya
-
IHSG Merosot 1,78 Persen, Reshuffle Kabinet Bikin Investor Waspada
-
Hunian Mewah Bakal Dibangun di Sawangan, Harganya Rp 3,5 Miliar
-
Waspada! Kenali Ciri-ciri Penipuan Produk Emas Logam Mulia Secara Online
-
BRI Peduli Ajak Masyarakat Jaga Sungai sebagai Sumber Kehidupan
-
Warga Jakarta Telantarkan Jenazah Pejabat Pajak di Pinggir Jalan, Tolak Gotong ke Makam
-
Purbaya: Jadi Menkeu Ternyata Beda Jauh dari Ketua LPS, 'Salah Ngomong Langsung Dipelintir'
-
Pegadaian Hadirkan Safari Dakwah Bersama KH Abdullah Gymnastiar untuk Perkuat Nilai Spiritual
-
Jejak Karier Sri Mulyani Sebelum Jadi Menkeu: Pantas Dicintai Investor Global
-
Daftar Pemegang Saham Terbesar PT Merdeka Gold Resource Tbk