Suara.com - Mulai hari ini, Kamis (16/4/2015), Menteri Perdagangan mengeluarkan kebijakan larangan penjualan minuman beralkohol alias minuman keras di minimarket seluruh Indonesia berlaku efektif.
Larangan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.
Kebijakan itu langsung menuai banyak protes dari berbagai kalangan pengusaha yang dianggap merugikan.
Menaggapi hal tersebut, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel bersikeras akan tetap mengeluarkan kebijakan tersebut, pasalnya selama ini banyak minimarket yang tidak taat pada aturan tentang penjualan minuman beralkohor tersebut. Akibatnya banyak anak usia dibawah 21 tahun dengan bebas mengkonsumsinya.
"Kalau protes pasti banyak. Karena masalah keuntungan bisnisnya ada yang hilang. Tapi artinya kalau ada kerugian yang hilang, katanya sampai Rp600 miliar, berarti ketergantungan perusahaan kepada minol (miras) itu besar dong. Kita harus jaga kita punya pasar," kata Rachmat di kantor Kementerian Perdagangan, Kamis (16/4/2015).
Rachmat menjelaskan, selama ini pemerintah terlalu lunak pada larangan penjualan minuman keras ini. sudah saatnya pemerintah melakukan perubahan, sebelum generasi muda di Indonesia semakin rusak.
"Dulu ada aturan kalau mau beli minuman beralkohol harus menunjukan Kartu Tanda Penduduk, kalau dibawa 21 tahun tidak boleh. Tapi aturan ini tidak dijalankan pelaku usaha," tegasnya.
Rachmat mengaku tidak peduli dengan keluhan para pengusaha, karena ini demi menjaga generasi muda. Dalam era globalisasi kuncinya dari sumber daya manusia (SDM) itu di generasi muda.
"Kita lihat peta generasi muda di Indonesia seperti apa. Salah satu penyebabnya, karena minuman beralkohol sangat murah sehingga bisa dibeli anak-anak."
Menurutnya, harga miras di Malaysia dan Singapura justru lebih mahal dibanding Indonesia. Peredaran miras di kedua negara tersebut jauh lebih ketat, padahal jika dikaitkan dengan jumlah wisatawan, Indonesia masih kalah dibanding negara tetangga tersebut.
Untuk diketahui harga miras di Singapura mencapai 7,28 dollar AS atau sekitar Rp94.523. Sementara di Malaysia harganya mencapai 5,92 dollar AS atau sekitar Rp70.373. Sedangkan di Indonesia, harganya hanya berkisar antara Rp33.000 hingga Rp37.000 untuk ukuran 330 mililiter (ml).
Berita Terkait
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
-
Meski Perpres Sudah Terbit, Tapi Menkeu Purbaya Mau Review Ulang Soal Kenaikan Gaji ASN 2025
-
Prabowo: Indonesia Mengakui dan Jamin Keamanan Israel Jika Palestina Merdeka
-
Profil Glory Lamria: Diaspora Viral Usai Kunjungan Presiden di Amerika Serikat
-
Analisis IHSG Hari Ini Usai Wall Street Cetak Rekor Didorong Harga Saham Nvidia
Terkini
-
Aman New York: Biaya Menginap Capai Rp 400 Juta, Ini Profil Hotel Elit di AS
-
Jangan Sampai Bokek! Ini Cara Ampuh Atur Keuangan Agar Tak Jadi Korban Ketidakpastian Ekonomi
-
LPS Minta Bank-bank Terbuka pada Nasabah Soal Bunga Penjaminan
-
Emas Antam Harganya Paling Mahal Hari Ini Tembus Rp 2.164.000 per Gram
-
Meski Perpres Sudah Terbit, Tapi Menkeu Purbaya Mau Review Ulang Soal Kenaikan Gaji ASN 2025
-
IHSG Berbalik Menghijau di Selasa Pagi, Berikut Saham-saham yang Cuan
-
Kementerian Purbaya Buka Blokir Anggaran K/L Rp168,5 Triliun
-
Bukan ke Luar Negeri, Kini Orang RI Rela 'Tumpah Ruah' Wisata di Dalam Negeri, Ini Alasannya!
-
RI Gali Investasi Hilirisasi Alumunium di Jepang
-
DPR Setujui Anggito Abimanyu Jadi Ketua Dewan Komisioner LPS 2025-2030