Suara.com - Real Estat Indonesia (REI) mengharapkan iklim industri dan pembelian properti di Tanah Air kembali meningkat setelah mengalami perlambatan secara nasional pada 2014 yang merupakan imbas penyelenggaraan pemilu.
"Kami tentunya dengan acara ini ingin membangkitkan industri properti," kata Ketua Umum REI Eddy Hussy dalam pembukaan REI Expo 2015 di Jakarta, Sabtu (2/5/2015).
Menurut dia, iklim industri properti nasional pada 2014 lalu sempat melambat karena banyak yang menunda bertransaksi properti akibat dampak pemilu. Untuk itu, lanjutnya, pada tahun 2015 ini, pihaknya ingin untuk membangkitkan lagi iklim industri properti karena memang kondisi sudah lebih baik.
REI Expo 2015 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), 2-10 Mei 2015 itu menghadirkan sebanyak 175 proyek properti yang tersebar di berbagai kota di Indonesia antara lain Jabodetabek hingga Balikpapan, Batam, dan Lombok.
"Unit properti yang ditawarkan dari mulai ruko, apartemen, rumah, condotel, dan lain-lain. Harga mulai Rp120 juta," kata Eddy Hussy.
Ia mengemukakan, pameran tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi bidang perumahan baik bagi masyarakat yang baru ingin mencari hunian tempat tinggal, maupun bagi mereka yang sedang mencari sarana investasi.
Sebelumnya, kondisi pasar properti saat ini di berbagai segmen dinilai telah over value atau di atas nilai yang sesungguhnya sehingga hal tersebut dinilai juga harus menjadi perhatian dari berbagai pemangku kepentingan pengelola properti.
"Kondisi pasar properti saat ini khususnya di segmen menengah atas sampai mewah diwarnai harga yang sudah over value," kata Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda.
Menurut dia, hal tersebut dapat terlihat antara lain dari beberapa investor yang mengatakan bahwa mereka kesulitan untuk menjual kembali propertinya karena harganya sudah ketinggian.
Indonesia Property Watch, lanjutnya, pernah memberikan pendapatnya terkait hal tersebut dimana disebutkan bahwa di beberapa lokasi harga jual properti sudah tidak terkendali dan memasuki titik jenuh.
"Namun masih saja banyak investor yang membeli dengan asumsi dan harapan akan terus naik. Dalam pergerakan pasar properti sama seperti ekonomi mempunyai siklus pasar yang kerap diabaikan oleh investor," katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa kondisi "over value" ini memicu lukuiditas pasar properti yang semakin rendah sehingga kalau pun dijual maka harga akan terkoreksi.
Dengan demikian, ujar Ali, yang terjadi kemudian bahwa pengembang mulai "tersadar" sehingga sebagian pengembang mulai memasarkan produk-produk yang lebih "membumi" untuk segmen menengah karena memang pasar gemuk ada di segmen ini.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch menyatakan, hal itu ternyata belum cukup karena kondisi ekonomi Indonesia belum pulih sejak peralihan kepemimpinan nasional, padahal kisruh politik sedikit banyak mengganggu psikologis investor meskipun tidak secara langsung memukul properti.
"Namun siklus politik saat ini sudah mulai terpisah dengan siklus ekonomi, terbukti dengan kebijakan Bank Indonesia yang segera menurunkan BI Rate dari 7,75 persen menjadi 7,5 persen dan diperkirakan dalam tren menurun sampai akhir 2015," paparnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 5 Rekomendasi Bedak Cushion Anti Longsor Buat Tutupi Flek Hitam, Cocok Untuk Acara Seharian
- 10 Sepatu Jalan Kaki Terbaik dan Nyaman dari Brand Lokal hingga Luar Negeri
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 23 Kode Redeem FC Mobile 6 November: Raih Hadiah Cafu 113, Rank Up Point, dan Player Pack Eksklusif
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
MEDC Kini Bagian dari OGMP 2.0, Apa Pengaruhnya
-
Industri Pelayaran Ikut Kontribusi ke Ekonomi RI, Serap Jutaan Tenaga Kerja
-
Emiten CGAS Torehkan Laba Bersih Rp 9,89 Miliar Hingga Kuartal III-2025
-
Grab Akan Akuisisi GoTo, Danantara Bakal Dilibatkan
-
ESDM Kini Telusuri Adanya Potensi Pelanggaran Hukum pada Longsornya Tambang Freeport
-
Industri Biomassa Gorontalo Diterpa Isu Deforestasi, APREBI Beri Penjelasan
-
BEI Umumkan IHSG Sentuh All Time High Pekan Ini
-
Apakah Indonesia Pernah Redenominasi Rupiah? Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
SVLK Jadi Benteng Hukum Lawan Tuduhan Deforestasi Biomassa di Gorontalo
-
Terminal IC Bandara Soekarno-Hatta Kembali Beroperasi 12 November, Khusus Penerbangan Citilink