Suara.com - Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak hanya dirasakan industri besar, industri menengah seperti pengrajin tahu di kawasan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah, pun terdampak.
Salah seorang pengrajin tahu, Aco Warso Praja Sumitra (57), mengatakan sejak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menurun, harga kedelai naik. Pasalnya, bahan baku pembuatan tahu tersebut diimpor dari Amerika Serikat.
"Menurunnya nilai tukar berdampak pada harga kedelai yang naik. Dari biasanya Rp6.700 per kilogram menjadi Rp7.100 per kilogram," kata Warso ketika ditemui Suara.com di kediamannya, Kelurahan Mojosongo, RT 3, RW 3, Kecamatan Jebres, Solo, Rabu (26/8/2015).
Meski kenaikan harga kedelai hanya berkisar Rp400 - Rp500 per kilogram, kata Warso, pengaruhnya terasa sekali. Harga kedelai impor menembus Rp700 ribu per kwintal. Padahal, selama ini untuk sekali produksi tahu, Warso harus membutuhkan lima sampai enam kwintal kedelai per hari.
"Kenaikan harga kedelai ini sudah saya rasakan sejak dolar naik Rp13.800. Sekarang sudah naik lagi sebesar Rp14.000. Namun sejauh ini masih bisa saya atasi," kata dia.
Sekali produksi, Warso bisa menghasilkan antara 300-320 loyang tahu. Satu loyang tahu jika dipotong-potong bisa menghasilkan antara 100-120 biji tahu. Untuk satu loyang tahu dijual dengan harga Rp20 ribu. Sejauh ini produksinya tersebut dijual di wilayah Solo dan sekitarnya.
"Tahu yang saya produksi ini tidak saya jual ke pasar-pasar. Tetapi diambil pedagang atau pelanggan ke sini kemudian mereka jual sendiri ke pasar," kata dia.
Jika kenaikan harga kedelai akibat turunnya rupiah tidak dapat lagi dikendalikan, Warso mengaku akan mengurangi ukuran tahu produksinya. Namun demikian, pihaknya tetap akan melakukan komunikasi kepada pengrajin tahu lainnya untuk penyeragaman.
"Selain itu saya juga akan memberitahukan kepada para pelanggan dan masyarakat supaya tidak kecewa. Upaya ini saya lakukan agar semuanya bisa berjalan. Produksi bisa berjalan, tenaga juga bisa bekerja," kata Warso. (Labib Zamani)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
HUT ke 68 Bank Sumsel Babel, Jajan Cuma Rp68 Pakai QRIS BSB Mobile
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
Terkini
-
Gara-gara PIK2, Emiten Milik Aguan CBDK Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun di Kuartal III-2025
-
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Batubara Acuan untuk Periode Pertama November!
-
Ramalan Menkeu Purbaya Jitu, Ekonomi Kuartal III 2025 Melambat Hanya 5,04 Persen
-
OJK: Generasi Muda Bisa Bantu Tingkatkan Literasi Keuangan
-
Rupiah Terus Amblas Lawan Dolar Amerika
-
IHSG Masih Anjlok di Awal Sesi Rabu, Diproyeksi Bergerak Turun
-
Sowan ke Menkeu Purbaya, Asosiasi Garmen dan Tekstil Curhat Importir Ilegal hingga Thrifting
-
Emas Antam Merosot Tajam Rp 26.000, Harganya Jadi Rp 2.260.000 per Gram
-
BI Pastikan Harga Bahan Pokok Tetap Terjaga di Akhir Tahun
-
Hana Bank Ramal Dinamika Ekonomi Dunia Masih Panas di 2026