Pelambatan ekonomi Cina memiliki dampak yang lebih luas terhadap ekonomi global daripada yang diperkirakan, terutama pada pasar negara-negara berkembang. Dalam laporan untuk pertemuan para kepala keuangan Kelompok 20 (G20) pekan ini di Ankara, Turki, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan, gejolak di Cina dan faktor-faktor lain seperti pembalikan arus modal meningkatkan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.
IMF memperingatkan bahwa negara-negara maju dan berkembang perlu terus mendorong permintaan dengan reformasi dan investasi untuk memastikan bahwa turbulensi di pasar dan masalah Cina tidak memperlemah kegiatan ekonomi di seluruh dunia.
"Transisi Cina ke pertumbuhan yang lebih rendah, sementara secara luas sejalan dengan perkiraan, tampaknya memiliki dampak lintas batas lebih besar dari yang dibayangkan sebelumnya, tercermin dalam melemahnya harga komoditas dan harga saham," demikian pernyataan yang dirilis IMF Rabu (3/9/2015).
Pernyataan itu juga menyebut risiko penurunan jangka pendek untuk negara-negara berkembang telah meningkat, seperti harga komoditas yang merosot, dolar AS yang kuat, dan pembalikan tajam di pasar keuangan.
Laporan, yang akan digunakan untuk diskusi pada pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral ekonomi terkemuka G20 pada Jumat dan Sabtu ini, tidak merevisi perkiraan IMF sebelumnya untuk pertumbuhan global tahun ini di 3,3 persen.
Tetapi awal pekan ini Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan di Jakarta, Indonesia, bahwa pertumbuhan global akan "kemungkinan akan lebih lemah" dari perkiraan.
"Sekarang situasi berubah lagi, dan kita semua merasakan dampak dari rebalancing Cina dan perpindahannya ke model bisnis yang direvisi," katanya.
Laporan itu mengungkapkan, berlanjutnya keyakinan bahwa pertumbuhan sedang meningkat meski rendah di negara-negara maju di paruh kedua 2015 dan pada 2016, dibantu oleh dampak harga minyak yang lebih murah.
Tetapi penurunan tajam harga minyak, bersama dengan komoditas lainnya, merugikan pasar negara-negara berkembang, yang mereka juga sedang diterpa dampak devaluasi mata uang renminbi Cina dan dolar yang kuat.
Penguatan dolar, IMF memperingatkan, bisa mengambil korban pada perusahaan-perusaaan dengan kewajiban dolar.
IMF menyoroti peningkatan risiko terhadap pertumbuhan global secara keseluruhan: bahwa Cina tidak akan menghadapi pelambatannya dengan kebijakan pendukung pertumbuhan; bahwa harga komoditas akan meluncur lebih jauh; bahwa dolar AS akan terus meningkat; dan bahwa perusahaan akan menderita dari utang yang lebih tinggi.
IMF merekomendasikan bahwa negara-negara maju menerapkan kebijakan-kebijakan moneter sangat longgar dan mempertahankan "pertumbuhan yang ramah" kebijakan fiskal.
IMF juga menekankan reformasi struktural yang akan membebaskan berbagai pasar dan mendorong investasi serta konsumsi. Di negara-negara berkembang, pilihan lebih keras. Dan para pemimpin diminta menerapkan sebuah keseimbangan yang tepat antara mendorong pertumbuhan dan mengelola kerentanan. (Antara/AFP)
Berita Terkait
-
Jejak Digital Menkeu Purbaya: Pernah Sebut IMF Bodoh!
-
'Jangan Percaya IMF!' Ucapan Lama Menkeu Purbaya Sardewa Kini Jadi Bumerang?
-
Ilusi Data BPS: Benaran atau Pesanan?
-
IMF Ramal Ekonomi RI Bakal Membaik Tembus 4,8 Persen
-
Ekonom Indef Kenang Kwik Kian Gie: Sosok Kritis yang Minta RI Tak Bergantung Utang Asing
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Antam Impor 30 Ton Emas dari Singapura, DPR Minta Kemendag dan Kemenperin Batasi Ekspor Emas
-
Inalum Akan Ambil Alih Tambang Bauksit Antam
-
Indonesia Pasar Kripto Terbesar Kedua di Asia Pasifik
-
Antrean Haji Semakin Panjang, Perencanaan Keuangan Sejak Belia Kian Penting
-
BRI Resmikan Regional Treasury Team Medan untuk Perkuat Layanan Keuangan di Sumatera
-
Mengenal Cropty Wallet, Dompet Kripto bagi Pemula yang Antiribet dan Hadirkan Berbagai Keunggulan
-
Penambangan Tanpa Izin Jadi Ancaman, Kopsindo Dukung Pemerintah untuk Lakukan Penertiban
-
Rupiah Ditutup Menguat Senin Sore, Ini Pemicunya
-
Adrian Gunadi Telah Ditangkap, Daftar Tersangka Kasus di Sektor Keuangan yang Masih Buron
-
Antam Impor 30 Ton Emas dari Singapura dan Australia