Suara.com - Negara-negara anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC) sepakat untuk meningkatkan penggunaan karet alam di dalam negeri dikarenakan jatuhnya harga komoditas tersebut dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.
"Tren harga karet alam tidak kondusif dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, dan akan menjadi tantangan. Ketiga negara sepakat untuk melanjutkan penggunaan karet alam di dalam negeri," kata Menteri Perdagangan, Thomas Lembong, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (3/12/2015).
Thomas mengatakan selain mengantongi kesepakatan untuk meningkatkan penggunaan karet alam di dalam negeri, anggota ITRC seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand juga sepakat untuk melanjutkan riset dan pengembangan untuk memperluas penggunaan karet alam.
Ketiga negara tersebut, melakukan The Ministerial Committee Meeting of the International Tripartite Rubber Council yang dihadiri oleh Thomas, Menteri Pertanian dan Koperasi Thailand Chatchai Sarikulya, dan Menteri Industri Perkebunan dan Komoditi Malaysia Datuk Amar Douglas Uggah Embas.
Menurut Thomas yang kerap disapa Tom tersebut, dalam pertemuan tingkat menteri tersebut juga dibahas tentang komitmen Vietnam untuk bergabung ke, dimana Vietnam akan bergabung sebagai partner strategis dalam ITRC.
"Dalam surat dari Wakil Menteri Pertanian dan Pengembangan Perdesaan Vietnam, menyatakan bahwa Vietnam berkomitmen untuk bergabung dengan ITRC sebagai partner strategis," ujar Tom.
Selain itu, lanjut Tom, para menteri juga menyadari atas pentingnya inovasi dalam penggunaan karet alam. Oleh karena itu, menteri-menteri anggota ITRC menginstruksikan untuk meluncurkan kompetisi global untuk ide kreatif dalam penggunaan karet alam.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi, mengatakan saat ini harga karet alam sudah dianggap sangat rendah dimana biaya produksi dan harga jual hampir sama.
Saat ini, harga karet alam berkisar pada angka 1,2 dolar Amerika Serikat per kilogram. Sementara harga yang dianggap ideal dan pernah dicapai adalah pada kisaran harga 4,9 dolar AS per kilogram pada 2012.
"Tidak lagi memberikan keuntungan yang berarti bagi para petani. Tiga negara ini sudah berusaha untuk mencari jalan penggunaan karet alam. Indonesia tengah melakukan koordinasi kementerian dan kita mengusulkan untuk adanya Inpres," kata Bachrul.
Bachrul menjelaskan, pembahasan Instruksi Presiden sudah masuk dalam tingkat menteri koordinator perekonomian, dan setelah selesai nanti akan diusulkan ke Presiden Joko Widodo untuk ditandatangani. Inpres tersebut nantinya akan bisa meningkatkan penyerapan karet alam di dalam negeri.
"Setelah ditandatangani, maka proyek pemerintah bisa menggunakan karet alam seperti untuk pembuatan jalan tol, pembuatan bendungan yang banyak menggunakan karet," ujar Bachrul.
Menurut Bachrul, nantinya, dengan adanya Inpres tersebut maka akan ada peningkatan penggunaan karet alam dari dalam negeri. Dengan perkiraan dalam satu tahun bisa menyerap kurang lebih sebanyak 100.000 ton untuk di Indonesia saja.
"Untuk tiga negara, dalam satu tahun itu bisa mencapai 300.000 ton. Dan target untuk dikeluarkannya Inpres tersebut bisa tahun 2015, saat ini sudah memasuki tahapan final,' ujar Bachrul.
Pada awal tahun 2015 lalu, pemerintah juga telah berencana untuk meningkatkan penyerapan karet alam di dalam negeri. Penyerapan karet alam tersebut akan diperuntukkan bagi beberapa proyek infrastruktur nasional seperti dock fender dalam program pembangunan fasilitas pelabuhan, bahan campuran aspal jalan, rubber pads rel kereta api dan bantalan jembatan, dan lainnya.
Selain untuk mendukung pembangunan infrastruktur nasional, juga akan diterapkan kepada produk-produk berbasis karet alam lainnya yang dapat dikembangkan di dalam negeri yaitu karpet untuk sapi (cow mat), genteng karet, paving block, bearing bangunan anti gempa, penguatan tebing, kasur lateks, dan banyak lainnya. (Antara)
Berita Terkait
-
Indonesia Nego Habis-habisan dengan AS! Target Tarif 0 Persen untuk Sawit, Kakao, Hingga Karet
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Periksa Eks Kabiro Umum Kementan, KPK Dalami Soal Rekanan Pengadaan Asam Formiat
-
KPK Tetapkan ASN Kementan sebagai Tersangka Kasus Korupsi Pengolahan Karet
-
KPK Dalami Penganggaran dan Pengadaan Asam Formiat dalam Kasus Korupsi Pengolahan Karet Kementan
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Pakar Sebut 2 Kunci Utama untuk Pemerintah Bisa Capai Swasembada Energi
-
Ekonomi RI Tumbuh 5,12 Persen, BI: Konsumsi Rumah Tangga Makin Bergairah
-
Meski Kinerja Ekspor Moncer, Industri Hasil Tembakau Dapat Tantangan dari Rokok Ilegal
-
Pengusaha Ungkap Ternyata Ada Industri yang Sulit Rekrut Tenaga Kerja RI
-
Harga Emas Turun Lagi: Galeri 24 dan UBS Kompak Melemah di Pegadaian
-
PANI Laporkan Proyek Ambisius Berkapasitas 104 Ribu Orang
-
Komisaris Utama PHE Lapor LHKPN, Harta Kekayaan Tembus Rp3,08 Triliun
-
BREN Jadi 'Largest Addition' di MSCI, Apa Artinya Bagi Investor Indonesia?
-
Sentimen Positif Pasar Modal Sejak Purbaya Jadi Menkeu: IHSG 6 Kali Cetak Rekor All Time High!
-
3 Rekomendasi Lokasi Rumah di Bogor untuk Kisaran Harga Mulai 400 Jutaan