Suara.com - Harga minyak mentah Amerika Serikat turun di bawah 30 dolar AS per barel, Rabu (13/1/2016). Ini pertama kalinya dalam 12 tahun.
Salah satu penyebabnya, anggota OPEC Nigeria menyerukan pertemuan darurat untuk mengatasi kejatuhan harga. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari jatuh ke 29,93 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, tingkat yang terakhir terlihat pada Desember 2003.
Sementara harga WTI mundur sedikit pada akhir perdagangan menjadi ditutup 97 sen lebih rendah pada 30,44 dolar AS per barel. Di London harga juga jatuh, dengan patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari berakhir turun 69 sen menjadi 30,86 dolar AS per barel.
Penurunan harga minyak berlanjut, dengan beberapa analis sekarang memperkirakan harga 20 dolar AS sudah dekat, mendorong gejolak lebih besar di para eksportir, banyak yang merasakan penurunan mendalam pada pendapatan mereka akibat kejatuhan pasar.
Menteri sumber daya minyak Nigeria, Emmanuel Ibe Kachikwu, menyatakan bahwa ia mengharapkan pertemuan luar biasa dari kartel minyak OPEC di "awal Maret" untuk mendiskusikan harga minyak mentah yang sedang menuki.
"Kami mengatakan bahwa jika harga menyentuh 35 dolar AS (per barel), kami akan mulai melihat ... sebuah pertemuan luar biasa," Kachikwu mengatakan pada sebuah forum energi di Uni Emirat Arab.
Nigeria, produsen minyak terpenting dan ekonomi terbesar Afrika, telah dirusak oleh runtuhnya harga minyak mentah karena menyumbang 90 persen dari pendapatan ekspor negara dan 70 persen dari pendapatan pemerintah secara keseluruhan.
Namun, dengan Arab Saudi dan sekutunya di Teluk seperti Uni Emirat Arab mempertahankan penurunan harga untuk menekan pesaing mereka -- terutama di Amerika Serikat -- keluar dari pasar, masih ada keraguan tentang apakah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bisa bertindak.
"Desakan Nigeria untuk pertemuan OPEC lebih awal akan menjadi faktor konstruktif jika itu adalah untuk menyebabkan pertemuan aktual dan pergeseran dalam kebijakan," kata Tim Evans di Citi Futures.
"Tapi itu jauh dari jelas bahwa Arab Saudi dan sekutu terdekatnya seperti UAE terbuka untuk berbicara tentang hal itu." Andy Lipow dari Lipow Oil Associates mengatakan bahwa wakil UAE di konferensi minyak dengan cepat telah menolak gagasan pertemuan OPEC.
"Akibatnya pasar terus mencari sesuatu untuk mendukung harga. Tetapi sebenarnya tidak ada di luar sana pada saat ini," lanjut Andy. (Antara/Xinhua)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar
-
Bahlil akan Pangkas Produksi Nikel, Harga di Dunia Langsung Naik
-
Bahlil Ungkap Update Terkini Pemulihan Jaringan Listrik Aceh: 4 Kabupaten Pemadaman Bergilir
-
Aturan UMP Baru, 5 Provinsi Luar Jawa Jadi Kandidat Gaji Tertinggi
-
Zulkifli Zaini Jadi Komisaris Bank Mandiri, Ini Susunan Pengurus Baru
-
OJK Bentuk Direktorat Perbankan Digital Mulai Tahun 2026, Apa Tugasnya?
-
IWIP Gelontorkan Pendanaan Rp900 Juta untuk Korban Bencana di Sumatera
-
Danantara dan BP BUMN Turunkan 1.000 Relawan untuk Bencana Sumatra, Diawali dari Aceh
-
Komitmen Nyata BUMN Peduli, BRI Terjunkan Relawan ke Daerah Bencana Sumatera
-
AKGTK 2025 Akhir Desember: Jadwal Lengkap dan Persiapan Bagi Guru Madrasah