Suara.com - Menteri Perindustrian Saleh Husin berencana akan mengizinkan perusahaan asing untuk memiliki 100 persen saham yang bergerak disektor hulu farmasi yang ada di Indonesia.
Hal ini nantinya akan masuk dalam revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) yang saat ini tengah digodok oleh pemerintah.
Ia menjelaskan, langkah ini dinilai efektif untuk mengurangi ketergantungan bahan baku industri farmasi yang 90 persennya masih mengandalkan impor. Impor tersebutlah yang telah membuat harga obat di Indonesia masih mahal.
“90 persen bahan baku farmasi itu masih impor. Daripada impor, lebih baik kita tarik semua investasi asing masuk ke Indonesia. Ini lebih efektifkan, jadi semua dilakukan didalam negeri. Sehingga bahan bakunya jadi murah, harga obatnya juga murah,” kata Saleh saat ditemui usai rapat koordinasi di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (13/1/2016).
Ia berharap, jika kebijakan tersebut dapat direalisasikan nantinya, dapat mengurangi ketergantungan impor Indonesia dan semua bahan baku sudah tersedia di dalam negeri. Ya untuk hulunya ada pemikiran seperti itu (dibuka 100 persen). Kalau asing bisa masuk memproduksi di hulu untuk bahan baku obat kan lebih bagus, sehingga dengan sendirinya kan kita mengurangi importasi bahan baku obat tersebut," katanya.
Ia mengatakan, nantinya revisi DNI tersebut akan diumumkan dalam waktu dekat dalam paket kebijakan ekonomi jilid IX, pihaknya masih enggan untuk menuturkan lebih lanjut.
“Minggu ini mungkin pembahasannya sudah selesai, mungkin minggu depan baru bisa diumumkan,” tegasnya.
Ketergantungan industri farmasi terhadap bahan baku impor memang sangat besar. Kenyataan ini diakui Kendrariadi Suhanda, Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC) dan Wakil Sekjen Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia. Saat ini produk bahan baku impor untuk industri farmasi di Indonesia mencapai sebesar 90%-95%.
Tak heran, jika kondisi industri farmasi sangat terpengaruhi nilai tukar rupiah. Misal kondisi rupiah yang tengah melemah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) saat ini, industri farmasi paling terasa dampaknya.
Ketergantungan industri farmasi Indonesia terhadap bahan baku impor memang sulit dicegah biarpun industri farmasi Indonesia sudah menjadi negara tiga besar yang menguasai pasar ASEAN.
Masalahnya, untuk berinvestasi membangun pabrik bahan baku obat di Indonesia diperlukan dana investasi mencapai Rp 70 triliun. Ini membuat sulit mencari investor dalam negeri yang sanggup. Sehingga memunculkan ide mencari partner investor asing untuk masuk.
Berita Terkait
-
Lumpur Rendam RSUD Aceh Tamiang: Momen Pilu Dokter Menangis di Tengah Obat-obatan yang Rusak Parah
-
RUU Penyesuaian Pidana: Korban Perkosaan Kini Dapat Akses Obat Aborsi Tanpa Dipidana
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Demam? Jangan Buru-Buru Minum Obat, Ini Penjelasan Dokter Soal Penyebabnya!
-
Protes Kenaikan Harga, Pedagang Pasar Pramuka Kompak Tutup Kios
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Bank Indonesia: Ekspor Kopi Indonesia Laris di Afrika hingga Amerika
-
Harga Emas Hari Ini Kompak Naik Lagi, Siap Borong di Pegadaian?
-
Risiko Galbay Pinjol Bikin Susah Pengajuan Modal, Ini Solusi Perbaiki SLIK OJK
-
WSBP Catat Kontrak Baru Rp1,3 Triliun hingga November 2025, Perkuat Transformasi Bisnis dan Keuangan
-
Fenomena Flying Stock COIN: Adik Prabowo Masuk, Saham Sudah Terbang 3.990 Persen Pasca IPO
-
Dari Industri Kripto untuk Negeri: Kolaborasi Kemanusiaan Bantu Korban Banjir Sumatera
-
Lama Tak Ada Kabar, Sri Mulyani Ternyata Punya Pekerjaan Baru di Luar Negeri
-
Waspada BBM Langka, ESDM Singgung Tambahan Kuota Shell, Vivo, BP-AKR 2026
-
Daftar Pemegang Saham Superbank (SUPA), Ada Raksasa Singapura dan Grup Konglo
-
COIN Siap Perkuat Transparansi dan Tata Kelola Industri Kripto Usai Arsari jadi Investor Strategis