Suara.com - Kepala Subdivisi Risiko dan Sistem Perbankan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Muhammad Doddy Arifianto menyambut baik penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) serta penurunan suku bunga kredit industri perbankan. Walaupun meyakini langkah ini akan menstimulus pertumbuhan ekonomi, namun ia mengingatkan jangan sampai pertumbuhan ekonomi terlalu tinggi karena akan berdampak negatif bagi Indonesia.
"Kalau pertumbuhan ekonomi nasional kita begitu tinggi, yang ada justru defisit neraca transaksi berjalan kita akan semakin membesar. Ini karena memang selama ini kebutuhan impor kita melebihi jumlah ekspor kita," kata Doddy saat dihubungi Suara.com, Rabu (30/3/2016).
Doddy menilai kondisi ini akibat struktur ekonomi Indonesia yang sangat kurang dalam membangun industri manufaktur dan industri turunan yang memberikan nilai tambah jauh lebih besar. Sebagai contoh, Indonesia terlambat membuat aturan yang mewajibkan industri tambang membangun smelter. “Kenapa? Karena selama ini hanya dengan digali dan ditambang, sudah dapat bahan mineral yang menghasilkan banyak ketika langsung diekspor. Ini yang membuat Indonesia sekian lama tergantung komoditi,” ujar Doddy.
Sementara kondisi harga komoditi di pasar dunia sedang terpuruk. Otomatis ini membuat usaha yang bergerak di sektor kelapa sawit, migas, dan minerba juga ikut terpuruk. “Otomatis ini membuat penerimaan negara dari eskport juga ikut merosot karena memang selama bertahun-tahun, ini yang menjadi andalan Indonesia,” tuturnya.
Pemerintah harus segera membuat masterplan pengembangan sektor ekonomi yang berbasis manufaktur dan menghasilkan nilai tambah. Ini penting agar nilai ekspor kita bisa melebihi nilai impor. “Jika tidak, pulihnya pertumbuhan ekonomi justru akan membuat posisi neraca transaksi berjalan kita dalam kondisi rawan,” tutup Doddy.
Bank Indonesia (BI) telah memperkirakan total defisit transaksi berjalan pada tahun 2015 mencapai 17,5 miliar Dolar Amerika Serikat (AS). Jika mengacu kepada pencapaian total defisit transaksi berjalan hingga akhir kuartal III-2015 sebesar US$ 12,4 miliar maka defisit transaksi berjalan kuartal IV-2015 sebesar 5,06 miliar Dolar AS atau paling tinggi secara kuartalan selama tahun lalu.
Namun, total defisit transaksi berjalan tahun lalu ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2014 yang minus 27,5 miliar Dolar AS atau menciut sekitar 36 persen. Nilai tersebut paling rendah dalam empat tahun terakhir. Transaksi berjalan tercatat positif terakhir kali pada tahun 2011 yaitu sebesar 1,68 miliar miliar Dolar AS. Adapun total defisit transaksi berjalan tahun 2015 sebesar 17,5 miliar Dolar AS itu setara dengan 3 persen dari produk domestik bruto (PDB) tahun lalu yang diperkirakan Kementerian Keuangan sebesar Rp 11.357 triliun.
Tag
Berita Terkait
-
Dewan Komisioner LPS Baru Resmi Dilantik Presiden Prabowo, Ini Jajarannya
-
Segera Jabat Ketua Dewan Komisoner LPS, Anggito Abimanyu Lepas Kursi Wamenkeu
-
Harga Bahan Pokok Tinggi, Tabungan Kelas Menengah Makin Menipis
-
LPS soal Indeks Situasi Saat Ini: Orang Miskin RI Mengelus Dada
-
Minat Masyarakat untuk Menabung di Bank Turun pada September 2025, Apa Penyebabnya?
Terpopuler
- Profil 3 Pelatih yang Dirumorkan Disodorkan ke PSSI sebagai Pengganti Kluivert
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 5 Rekomendasi Mobil Sunroof Bekas 100 Jutaan, Elegan dan Paling Nyaman
- Warna Lipstik Apa yang Bagus untuk Usia 40-an? Ini 5 Rekomendasi Terbaik dan Elegan
- 5 Day Cream Mengandung Vitamin C agar Wajah Cerah Bebas Flek Hitam
Pilihan
-
Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
-
Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
Terkini
-
Emiten Pengelola Limbah Ini Raup Pendapatan Rp148 Miliar di Kuartal III 2025
-
Emiten Kongsian Aguan-Salim Catat Marketing Sales Rp1,98 T di Kuartal III 2025
-
Selaras Pembangunan Nasional, NHM Revitalisasi Akses Air Bersih Warga Desa Kusu Lovra
-
Urban Sneaker Society 2025 Presented by BRImo: Kolaborasi Gaya Hidup dan Inovasi Digital
-
Harita Nickel Cetak Pendapatan Rp22,4 Triliun, Kuatkan Komitmen ESG Lewat Audit IRMA Terb
-
UCJ Purwakarta di Atas Angka Nasional, Ketua Dewas Optimistis Bisa Segera Capai 100%
-
Ahli Ungkap Efektivitas dan Tantangan Program MBG
-
Danantara Sebut Ekspatriat di Garuda Indonesia Bawa Contoh Sukses yang Wajib Ditiru
-
Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
-
IHSG Naik ke 8.184 di Akhir Bulan, Pasar Saham Mulai Rebound?