Suara.com - Kemiskinan merupakan salah masalah krusial yang sampai saat ini belum mendapatkan solusi yang tepat. Masalah ini bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di seluruh belahan dunia. Bahkan masalah ini juga menimpa negara-negara dengan status sebagai negara maju. Berdasarkan pantauan Badan Statistik Nasional, pada September 2015, persentase penduduk miskin di Indonesia mencapai 11,13 persen atau setara dengan 28,51 juta jiwa, dari total penduduk di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa adanya strategi seperti upaya pertumbuhan ekonomi tidak lah cukup untuk menuntaskan kemiskinan di Indonesia.
Dalam acara peluncuran buku Indonesia Pro Poor Budget review 2016 bertajuk (Mimpi) Anggaran untuk Rakyat Miskin yang bertempat di Gedung Dewan Pers Jakarta (23/5), Yusuf Wibisono selaku Direktur Eksekutif IDEAS mengungkapkan bahwa kasus kemiskinan di Indonesia merupakan salah satu masalah struktural yang bersifat masif dan persisten. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya strategi penanggulangan kemiskinan yang belum tepat, yakni hanya berkaca pada pertumbuhan ekonomi dan tidak berpihak kepada fakir miskin.
“Pasca krisis ekonomi 1998, terlihat bahwa strategi penanggulangan kemiskinan berbasis pertembuhan ekonomi tidak lah efektif. Hal ini dibuktikan dengan minimnya kontribusi pertumbuhan ekonomi dalam menghasilkan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Yusuf .
Yusuf menjelaskan secara gamblang bahwa seluruh pro-poor measures telah menunjukan manfaat pertumbuhan ekonomi pascakrisis 1998 tidak dinikmati oleh kelompok miskin. Melainkan lebih banyak dinikmati oleh masyarakat dari golongan elit. Menurutnya, strategi penanggulangan kemiskinan yang hanya sekedar berfokus pada jaring pengaman sosial, perbaikan akses, pelayanan dasar dan pemberdayaan ekonomi dengan berbasis pemikiran “poor because poor” menjadi tidak memadai.
“Penanggulangan kemiskinan di Indonesia cenderung parsial dan sektoral. Dalam artian tidak menyeluruh ke seluruh sektor. Penanggulangan kemiskinan di Indonesia juga cenderung mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang hanya berdampak kepada kaum elit saja. Harapannya dengan diluncurkan buku ini, dapat dijadikan sebagai acuan bahwa sudah seharusnya anggaran pemerintah tidak hanya digunakan untuk pertumbuhan ekonomi. Tetapi juga memperhatikan kaum fakir dan miskin,“ pungkasnya.
| Published by Dompetdhuafa.org |
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Menkeu Purbaya Buka Lowongan Kerja Besar-besaran, Lulusan SMA Bisa Melamar jadi Petugas Bea Cukai
-
Pajak UMKM 0,5 Persen Bakal Permanen? Purbaya: Tapi Jangan Ngibul-ngibul Omzet!
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Aguan Punya Mal Baru Seluas 3,3 Hektare, Begini Penampakkannya
-
Gudang Beku Mulai Beroperasi, BEEF Mau Impor 16.000 Sapi Tahun Depan
-
Proses Evaluasi Longsor di Tambang PT Freeport Selesai Antara Maret atau April
-
Bahlil Dorong Freeport Olah Konsentrat Tembaga Amman
-
Purbaya Pesimis DJP Bisa Intip Rekening Digital Warga Tahun Depan, Akui Belum Canggih
-
Sempat Tolak, Purbaya Akhirnya Mau Bantu Danantara Selesaikan Utang Whoosh
-
Purbaya Duga Pakaian Bekas Impor RI Banyak dari China, Akui Kemenkeu Lambat Tangani