Indonesia berhasil keluar dari turbulensi ekonomi tahun 2015 dengan proyeksi pertumbuhan yang relatif kuat meskipun tetap menghadapi beberapa tantangan ekonomi kedepannya. Harga komoditas yang rendah menekan pendapatan pemerintah, perlambatan pertumbuhan di China membebani perdagangan, dan perkiraan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) telah menyebabkan tekanan arus modal keluar.
"Dengan kondisi tersebut, bagaimanapun, prospek pertumbuhan Indonesia relatif tetap tinggi sekitar 5 persen untuk 2016 serta sentimen internasional tetap positif," kata Ziad Daoud, Acting Head of Economic QNB Group dalam keterangan resmi, Rabu (22/6/2016).
Proyeksi bullish (tren naik atau menguat) ini terutama merupakan hasil dari dukungan terhadap program pemerintahan Jokowi yang sering disebut sebagai program investasi infrastruktur. Ini sebuah paket sebesar 480 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) (atau 50 persen dari Produk Domestik Bruto) yang dilaksanakan selama empat tahun (2015-2019), dengan fokus pada infrastruktur energi dan transportasi. "Indikasi-indikasi awal sangat meyakinkan. Investasi, yang terutama dipimpin oleh belanja publik di sektor infrastruktur, telah menambah sekitar dua poin persentase (pps) untuk pertumbuhan PDB riil sekitar 5 persen baik pada kuartal empat 2015 dan kuartal satu 2016," ujar Ziad.
Fokus pemerintah untuk mempersempit kesenjangan infrastruktur telah memperoleh justifikasi. Dibandingkan dengan negara-negara berkembang (emerging markets/EM) besar lainnya, Indonesia terlihat menonjol karena memiliki infrastruktur relatif terbelakang. Menurut World Economic Forum, Indonesia berada di peringkat 62 di antara 140 negara dalam hal kualitas infrastruktur, di belakang negara-negara berkembang/EM regional utama seperti Malaysia (24), China (39) dan Thailand (44). Ketersediaan infrastruktur yang sangat kurang di negeri ini adalah akibat dari kurangnya investasi yang kronis. Belanja modal publik rata-rata hanya mencapai 3,5 persen dari PDB selama tahun 2011-2014, dibandingkan dengan lebih dari 10 persen di China dan Malaysia dan di atas 5 persen di Thailand.
Sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau, kurangnya investasi di bidang infrastruktur telah sangat mempengaruhi konektivitas antara rumah tangga dan tempat kerja. Indonesia menderita kemacetan yang parah, penundaan dan kurangnya kapasitas di pelabuhan, bandara yang terlalu padat, sistem kereta api yang tidak memadai, kurangnya pasokan listrik dan air serta jaringan data yang lamban. Hal-hal tersebut meningkatkan biaya untuk melakukan bisnis, kesenjaangan ini begitu besar sehingga harga semen sepuluh kali lebih mahal di pulau Papua dibandingkan di Jakarta.
Ditinjau secara lebih luas, hal ini mengikis daya saing, menghambat investasi dan mengurangi potensi pertumbuhan Indonesia. Menambah dan meningkatkan kualitas infrastruktur dapat menjadi pendorong yang kuat bagi perekonomian Indonesia. "Dalam jangka pendek, akan meningkatkan permintaan domestik dan lapangan pekerjaan, dan dalam jangka panjang, hal itu dapat mendorong pertumbuhan produktivitas ekonomi secara luas," tutup Ziad.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Daftar 46 Taipan yang Disebut Borong Patriot Bond Danantara, Mulai Salim, Boy Thohir hingga Aguan
-
Pilih Gabung Klub Antah Berantah, Persis Solo Kena Tipu Eks Gelandang Persib?
-
Tema dan Pedoman Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2025
-
Emas Antam Tembus Level Tertinggi Lagi, Hari Ini Dibanderol Rp 2.234.000 per Gram
-
Tata Cara Menaikkan Bendera Setengah Tiang dan Menurunkan Secara Resmi
Terkini
-
IHSG Sesi I: Tertekan ke 8.096 Akibat Koreksi Saham Bank, BRMS dan RAJA Melesat
-
Harga Emas Hari Ini 30 September 2025: Stagnan di Level Rekor Tertinggi
-
Pegadaian dan Masjid Salman ITB Daur Ulang Air Hujan & Air Wudhu untuk Keberlanjutan Lingkungan
-
IHSG Finis di Zona Hijau, Asing Borong Saham dan Sektor Komoditas Pesta
-
Yuk Ikutan GenKBiz dan Star Festival dari KB Bank, Catat Tanggalnya di 5 Kota Besar Indonesia!
-
PLN Group Buka Rekrutmen 2025: Tersedia untuk D3, S1 dan S2 dengan Gaji Menarik
-
KVB Resmi Hadir di Indonesia sebagai Broker Aman dan Teregulasi
-
Daftar 46 Taipan yang Disebut Borong Patriot Bond Danantara, Mulai Salim, Boy Thohir hingga Aguan
-
Kurs Rupiah Diprediksi Menguat Hari Ini Imbas Shutdown Pemerintah AS
-
Semangat Generasi Muda untuk Keuangan Syariah yang Lebih Cerdas dan Halal dalam Nushafest 2025