Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani hari ini, Kamis (30/6/2016) dijadwalkan akan terbang dari Chicago dan akan memulai rangkaian program pemasaran investasi di kota terakhir New York, Amerika Serikat. Tiba di New York, serangkaian kegiatan utama yang akan dilakukan di antaranya diawali dengan kunjungan ke produsen coklat asal AS kemudian bertemu dengan diaspora New York. Besok, Jumat (1/7/2016), Kepala BKPM baru akan bertemu dengan beberapa perusahaan New York yang potensial dan akan menanamkan modalnya di Indonesia.
Franky Sibarani menyampaikan bahwa kegiatan pertemuan dengan diaspora di New York akan dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk memberikan kemudahan bagi diaspora apabila ingin menanamkan modalnya di Indonesia. ”Posisi New York sebagai pusat kota finansial di Amerika Serikat sangat penting untuk bertemu dengan diaspora profesional yang ada. Kami akan memaparkan berbagai langkah kemudahan yang dilakukan oleh pemerintah bagi diaspora serta mendengar feedback dari mereka,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Kamis (30/6/2016).
Kepala BKPM juga akan memaparkan 12 paket kebijakan yang sudah dikeluarkan termasuk revisi daftar negatif investasi (DNI) dan layanan izin investasi 3 jam. Kepala BKPM selaku wakil ketua Pokja I Kampanye dan Diseminasi Kebijakan Satgas Implementasi Paket Kebijakan memiliki tugas untuk menyampaikan langkah-langkah perbaikan yang telah dilakukan oleh pemerintah termasuk kepada diaspora di Luar Negeri.
Menurut Franky, diaspora memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan meningkatkan aliran investasi yang masuk ke Indonesia. ”Jika ada 1 juta diaspora melakukan investasi Rp 100 juta ke Indonesia, maka bila diakumulasikan maka terdapat Rp 100 triliun investasi yang masuk ke Indonesia,” jelasnya.
Pertemuan dengan Diaspora di New York merupakan pertemuan dengan kedua dengan diaspora Amerika Serikat setelah sebelumnya di San Fransisco Kepala BKPM juga bertemu dengan 30 diaspora profesional. Dalam pertemuan dengan diaspora profesional di San Fransisco tersebut, Kepala BKPM berhasil mengidentifikasi beberapa minat investasi yang disampaikan oleh diaspora Indonesia di San Fransisco.
Selain pertemuan dengan diaspora di New York, Kepala BKPM juga dijadwalkan untuk melakukan kunjungan ke produsen coklat ternama Amerika Serikat yang telah menanamkan modalnya di Indonesia. Kunjungan tersebut bertujuan untuk melihat langsung fasilitas produksi perusahaan serta berdiskusi mengenai kelangsungan operasional perusahaan di Indonesia.
Besok (1/7/2016), Kepala BKPM dijadwalkan untuk bertemu dengan American Indonesia Chamber of Commerce di New York yang rencananya dihadiri oleh 40 partisipan terdiri dari perwakilan perusahaan-perusahaan private equity dan jasa keuangan, asosiasi bisnis, lembaga think tank serta media. ”Dari perusahaan-perusahaan private equity dan jasa keuangan tersebut, kami optismistis terdapat calon investor yang menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia,” lanjutnya.
Sebelumnya, dalam kunjungannya ke San Fransisco dan Chicago, Kepala BKPM bertemu dengan 52 perusahaan di San Fransisco serta 25 perusahaan berbasis Chicago yang terdiri dari berbagai sektor. Bidang usaha perusahaan yang hadir termasuk dalam sektor-sektor utama di antaranya kelistrikan, farmasi, transportasi, jasa keuangan dan konsultan.
Amerika Serikat tergolong negara prioritas pemasaran investasi, dari data yang dimiliki oleh BKPM pada tahun 2015, nilai realisasi investasi AS mencapai 893 juta Dolar Amerika Serikat (AS) terdiri dari 261 proyek dengan didominasi oleh sektor-sektor pertambangan. Dari sisi komitmen, tercatat masuknya komitmen 4,8 miliar Dolar AS terdiri dari 76 proyek.
Untuk diketahui, BKPM pada tahun 2016 menargetkan capaian realisasi investasi bisa tumbuh 14,4 persen dari target tahun 2015 atau mencapai Rp594,8 triliun. Realisasi ini dikontribusi dari Penamanan Modal Asing (PMA) sebesar Rp386,4 triliun atau naik 12,6 persen dari target PMA tahun lalu, serta dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp208,4 triliun naik 18,4 persen dari target PMDN tahun lalu. Untuk mencapai target tersebut, BKPM pada menetapkan 10 negara prioritas termasuk di antaranya Amerika Serikat, Australia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, RRT, Timur Tengah, Malaysia, dan Inggris.
Berita Terkait
-
BKPM: Nilai Remitansi Diaspora Indonesia Capai 8 Miliar Dolar AS
-
BKPM: Investor AS Siap Danai Perusahaan Startup di Indonesia
-
BKPM Tawarkan Kemudahan Berinvestasi ke Pengusaha San Fransisco
-
BKPM: RI Ingin Bangun Konektivitas ke 140 Pengusaha Cina
-
Hari Ini Kepala BKPM Awali Roadshow Pemasaran Investasi di AS
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
-
Viral Video Syur 27 Detik Diduga Libatkan Oknum Dokter di Riau
-
Dokter Lulusan Filsafat yang 'Semprot' DPR Soal Makan Gratis: Siapa Sih dr. Tan Shot Yen?
-
Gile Lo Dro! Pemain Keturunan Filipina Debut Bersama Barcelona di LaLiga
Terkini
-
Gaji Tukang Masak MBG dan Pencuci Piring Nampan MBG: Bisa Capai 5 Jutaan?
-
Katalog Promo Superindo Spesial "Weekday": Diskon Minyak Goreng dan Sabun Hingga 50 Persen
-
Rupiah Mulai Menguat, Sesuai Prediksi Menkeu Purbaya
-
IHSG Dibuka 'Ngegas' Awal Pekan, Investor Tunggu Rilis Data Ekonomi Kunci
-
Anak Muda Jadi Kunci Penting Tingkatkan Literasi Keuangan, Ini Strateginya
-
Telkomsel melalui Ilmupedia Umumkan Pemenang Chessnation 2025, Ini Dia Daftarnya
-
Emiten PPRE Pakai Strategi ESG Bidik Kepercayaan Investor Global
-
Rupiah Meloyo, Ini Jurus Jitu BI, OJK, dan Bank Tingkatkan Pasar Keuangan
-
Waskita Karya Jual Saham Anak Usaha di Sektor Energi Senilai Rp179 Miliar
-
Industri Keuangan Syariah Indonesia Masih Tertinggal dari Malaysia