Suara.com - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada Rabu (Kamis pagi WIB), akibat tekanan aksi ambil untung (profit taking) pada logam mulia.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember turun 4,8 dolar AS, atau 0,35 persen, menjadi menetap di 1.349,20 dolar AS per ounce.
Investor mengambil keuntungan setelah emas mencapai tingkat tertinggi dalam tiga pekan, mendorong harga logam mulia turun, meskipun kurangnya berita positif menandingi tekanan harga.
Indeks dolar AS juga menempatkan tekanan pada logam mulia karena naik 0,10 persen menjadi 94,96 pada pukul 17.45 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.
Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi investor.
Namun para analis percaya bahwa ini adalah kemungkinan apa yang pedagang sebut sebuah "dead cat bounce", karena dolar AS turun tajam sehari sebelumnya dan pasar mengoreksi sendiri.
Ada sedikit penguatan dalam Survei Lowongan Kerja dan Perputaran Tenaga Kerja yang dirilis Departemen Tenaga Kerja AS pada Rabu, tetapi para analis percaya bahwa itu tidak cukup untuk menginspirasi optimisme investor.
Laporan tersebut menunjukkan lowongan pekerjaan meningkat menjadi 5,871 juta pada Juli, tetapi tidak mungkin bahwa laporan ini akan lebih besar daripada ekspektsai rendah dari laporan pekerjaan besar untuk Agustus.
Presiden Federal Reserve Kansas City Esther George juga berbicara pada Rabu, tetapi tidak memiliki dampak apapun pada ekspektasi untuk kenaikan suku bunga Federal Reserve AS.
Harapan saat ini adalah bahwa Fed akan menaikkan suku bunga dari 0,50 ke 0,75 selama pertemuan FOMC pada Desember. Menurut alat Fedwatch CME Group, probabilitas tersirat saat ini untuk menaikkan suku bunga dari 0,50 ke 0,75 adalah 18 persen pada pertemuan September 2016, 23 persen pada pertemuan November 2016, dan 52 persen pada pertemuan Desember 2016.
Perak untuk pengiriman Desember turun 29 sen, atau 1,44 persen, menjadi ditutup pada 19,848 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 9,9 dolar AS, atau 0,9 persen, menjadi ditutup pada 1.092,8 dolar AS per ounce. (Xinhua/Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah Tahan Seharian Tanpa Cas, Cocok untuk Gamer dan Movie Marathon
-
5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
-
Hari Ini Bookbuilding, Ini Jeroan Keuangan Superbank yang Mau IPO
-
Profil Superbank (SUPA): IPO Saham, Harga, Prospek, Laporan Keuangan, dan Jadwal
-
Jelang Nataru, BPH Migas Pastikan Ketersediaan Pertalite Aman!
Terkini
-
Gaji Petani Kakao Indonesia Bisa Tembus Rp 10 Juta per Bulan, Ini Rahasianya
-
Premini: Akun Keuangan Digital Terverifikasi untuk Remaja 13 - 17 Tahun Hasil Inovasi DANA
-
Faber Instrument Hadirkan Inovasi Audio Kayu Jati Melalui Ekosistem BRI UMKM EXPO(RT)
-
Menperin Sebut Investasi Asing Menguat ke Industri Manufaktur
-
Purbaya Temui Bahlil, Bahas Potensi Kekurangan LPG 3Kg Jelang Nataru
-
Kemenkeu Siapkan Peremajaan Lahan Kakao 5.000 Hektar di 2026
-
Target Produksi Minyak 1 Juta Barel per Hari di 2029, ESDM Ajak Investor Garap 108 Cekungan Migas
-
Profil Ira Puspadewi yang Dapat Rehabilitasi Prabowo usai Divonis 4,5 Tahun Penjara.
-
Mentan Soroti Jalur Tikus Usai Tuding Impor Beras Ilegal di Sabang dan Batam
-
Kabar Skema PPPK Paruh Waktu Dihapus Permanen! Siapa yang Paling Terdampak?