Dr. Wahyoe Soedarmono, Ekonom, sekaligus Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis, Sampoerna University mengatakan bahwa setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, modal asing yang keluar dari Indonesia dalam tempo sepekan di pertengahan November 2016 mencapai Rp16 triliun. Rupiah juga turut terdepresiasi. Namun, efek pelarian modal di Indonesia relatif lebih kecil dibandingkan Thailand, India, Taiwan, maupun Korea Selatan.
"Tekanan di Indonesia tersebut dapat dimoderasi oleh meningkatnya pendapatan negara dari program amnesti pajak, dengan deklarasi uang tebusan telah mencapai Rp 98,7 triliun, dan dana repatriasi sebesar Rp 143 triliun akan masuk ke Indonesia sampai akhir 2016. Secara umum, posisi Indonesia relatif siap untuk menghadapi gejolak pasar jangka pendek setidaknya hingga tahun 2017," kata Wahyoe dalam keterangan tertulis, Selasa (6/12/2016).
Terkait rencana kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat oleh The Fed (taper tantrum) pada akhir 2016 dan sepanjang 2017, saat ini situasi neraca transaksi berjalan Indonesia cukup kuat, dimana defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit / CAD) hanya menyentuh 1.8 persen dari PDB di Triwulan III 2016, dibandingkan posisi menjelang akhir 2013 yang menyentuh 4.4 persen dari PDB. "Sehingga, risiko pelarian modal dari Indonesia akibat sentimen negatif investor asing terhadap kondisi Indonesia dapat diminimalkan," ujar Wahyoe.
Sampoerna University (SU) mengidentifikasi bahwa pilihan kebijakan yang diterapkan di tahun 2013-2014 dalam menghadapi taper tantrum perlu disesuaikan untuk kondisi saat ini. Bila pada 2013, pengurangan belanja pemerintah (expenditure reducing policy) dapat mengurangi CAD saat terjadi taper tantrum, kali ini SU menemukan bahwa pilihan strategi ini tidak lagi efektif, apabila CAD meningkat di akhir 2016 akibat taper tantrum. Riset Sampoerna University menemukan bahwa dua pilihan kebijakan berikut dapat mengurangi CAD:
(1) Peningkatan suku bunga acuan (policy rate) oleh Bank Indonesia
(2) Expenditure switching policy melalui strategi yang memungkinkan depresiasi nilai tukar rupiah untuk mengurangi konsumsi barang-barang impor, dan meningkatkan ekspor ketika harga komoditas dunia seperti batubara, maupun komoditas non-tambang, mulai menunjukkan tren peningkatan. Pendapatan negara tercatat meningkat seiring kenaikan Harga Batubara Acuan (HBA) sebesar 23% dalam satu bulan, sampai dengan November 2016, menuju USD 84.89 per ton. Proporsi nilai ekspor batubara cukup signifikan terhadap total ekspor Indonesia.
Jika policy rate harus meningkat, maka Bank Indonesia perlu melonggarkan aturan-aturan makroprudensial untuk dapat mendorong pertumbuhan kredit perbankan, di saat pertumbuhan kredit di Triwulan III 2016 hanya berada pada kisaran 6 persen year-on-year (yoy), jauh lebih rendah daripada periode Mei 2013-Juni 2014 saat taper tantrum sebelumnya, dimana pertumbuhan kredit dapat mencapai di kisaran 20 persen yoy.
Di sisi lain, posisi CAD yang relatif rendah saat ini (1.8 persen terhadap PDB), memberikan ruang kepada pemerintah untuk dapat melakukan ekspansi fiskal melalui peningkatan belanja pemerintah, seiring dengan meningkatkan pendapatan pajak karena program amnesti pajak. "Dengan demikian, momentum untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi masih terbuka, dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi 7 persen pada 2019," tutup Wahyoe.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
-
Kapasitas PLTP Wayang Windu Bakal Ditingkatkan Jadi 230,5 MW
-
Revisi UU P2SK Dinilai Beri Perlindungan bagi Nasabah Kripto
-
Realisasi PNBP Tembus Rp 444,9 Triliun per November 2025, Anjlok 14,8%
-
Kemenkeu Ungkap Lebih dari 1 Miliar Batang Rokok Ilegal Beredar di Indonesia
-
Danantara dan BRI Terjun Langsung ke Lokasi Bencana Kab Aceh Tamiang Salurkan Bantuan
-
PLN Sebut Listrik di Aceh Kembali Normal, Akses Rumah Warga Mulai Disalurkan
-
Penerimaan Bea Cukai Tembus Rp 269,4 Triliun per November 2025, Naik 4,5%