Suara.com - Direktur PT Freeport Indonesia Clementino Lamury mengaku, perusahaan asal Amerika Serikat ini sudah mengeluarkan biaya sebesar 212,9 juta dolar AS untuk membangun smelter di wilayah kerja Petrokimia Gresik, Jawa Tengah. Realisasi ini baru sekeitar 9,6 persen dari total komitmen investasi yang dijanjikan yakni sebesar 2,2 miliar dolar AS.
Clementino menjelaskan, dana yang sudah dikeluarkan oleh PTFI tersebut dialokasikan untuk dana penjamin, dana untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebesar, penyerahan deposito jaminan dan kontrak Front End Engineering Design (FEED) dan penyelesaian pembayaran sewa lahan.
“Untuk AMDAL itu sebesar 50 juta dolar AS, penyerahan deposito jaminan sebesar 20 juta dolar AS, dan kontrak Front End Engineering Design (FEED) sebesar 10,5 juta dolar AS. Untuk pwmbayaran sewa lahan itu 1,5 juta dolar AS,” kata Clementeino dala RDP dengan Komisi VII DPR RI di gedung DPR, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (7/12/2016).
Kendati sudah mengeluarkan banyak biaya, PTFI mengakui bahwa pembangunan fisik ini belum terlihat hingga saat ini. Clementino berdalih, belum terlihatnya fisik pembangunan smelter lantaran PTFI masih terkendala lahan. Sehingga PTFI belum bisa melakukan aktivitas pembangunan.
"Jadi memang realisasi lapangan belum terlihat, karena memang di dua lahan yang sedang kami siapkan belum merupakan tanah yang ready. Jadi perlu ada persiapan lahan, perlu direklamasi dan tanahnya walaupun direklamasi perlu ada soil improvement atau perbaikan penguatan lahan," katanya.
Ia pun mengaku, lambannya persiapan lahan ini lantaran perusahaan yang beroperasi di Papua ini membutuhkan dana sekitar 4,03 juta dolar untuk melakukan reklamasi lahan. Hal ini lantaran 80 persen lahan tersebut masih milik Petrokimia. Sehingga harus dilakukan reklamasi. Dengan proses yang masih panjang, Freeport meminta tambahan perpanjangan Kontrak Karya (KK) sejak tahun 2021 mendatang agar realisasinya bisa lebih cepat.
"Kami mengharapkan adanya perpanjangan operasi, maka realisasi akan lebih cepat berbarengan dengan pengerjaan lainnya. Karena ini berkaitan dengan pendanaan untuk membangun smelter. Walaupun sudah selesai secara umum, ada yang belum kuat juga walaupun sudah direklamasi. Lahannya belum kuat," katanya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
Terkini
-
Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
-
UMP Jakarta 2026 Naik Berapa Persen? Analisis Lengkap Formula Baru hingga Kejutan Menaker
-
BBRI Gabung BUMI dan DEWA, Jadi Saham Idola Investor Sesi I IHSG Hari Ini
-
GGRP Resmi Jadi Emiten Modal Asing, Harga Sahamnya Meroket
-
Harga Pangan Bergerak Turun Hari Ini, Cabai hingga Beras Ikut Melunak
-
BRI Siaga Nataru dengan Kas Rp21 Triliun, Didukung Layanan AgenBRILink dan BRImo
-
Beli Saham BBRI Tahun 2003, Sekarang Asetmu Naik 48 Kali Lipat!
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
UMP 2026 Resmi Disahkan Prabowo, Ini Bedanya dengan Formula Upah Lama
-
Prabowo Teken PP, Begini Formula Kenaikan UMP 2026