Bursa Efek Indonesia meminta pemerintah mendorong perusahaan yang aset dan pendapatannya berasal dari dalam negeri untuk mencatatkan sahamnya melalui mekanisme penawaran umum perdana saham (IPO).
"Tidak elok kalau pendapatan dan aset diraih di Indonesia, tetapi sahamnya tercatat di bursa luar negeri. Seluruh rakyat Indonesia juga harus menikmati ini. Saya meminta tolong pemerintah untuk memaksa mereka 'listed' di sini," kata Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Kamis (5/1/2017).
Ia mengemukakan bahwa sekitar 52 perusahaan dengan kategori itu terdapat di Indonesia. Jika sahamya tercatat di BEI nilainya mencapai sekitar Rp400 triliun.
Ia mengaku sudah menyampaikan daftar 52 perusahaan itu kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati.
Dari 52 perusahaan itu, ia mengatakan bahwa terdapat tiga perusahaan yang berminat untuk mencatatkan sahamnya di BEI. Perusahaan itu bergerak di sektor pertambangan dan properti.
Tito Sulistio mengemukakan bahwa pemilik perusahaan itu merupakan warga negara Indonesia yang menggunakan nama asing. Ketiga perusahaan tersebut telah mencatatkan sahamnya di bursa saham Singapura, Malaysia, Sydney, dan New York.
Di luar tiga perusahaan tersebut, tutur dia, ada satu perusahaan yang listed di Australia milik konglomerat Indonesia, Hary Tanoesudibyo yang juga berniat mencatatkan sahamnya di BEI.
"Tadinya, perusahaan HT (Hary Tanoesudibyo) itu 'listed' di bursa Nasdaq AS, sekarang di bursa Perth Australia, juga mau 'listed' di BEI," katanya.
Tito Sulistio juga mengatakan bahwa pihaknya telah menemui Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan dalam rangka menjelaskan kondisi pasar modal dan masalahnya.
"Ada dua masalah saat ini, pertama adalah peringkat Indonesia karena merefleksikan kepercayaan investor. Dan kedua mengenai kerentanan likuiditas," katanya.
Ia menyampaikan bahwa saat ini peringkat Indonesia masih berada di level BB+ (double B plus) oleh Stadard & Poor's (S&P), padahal secara tata kelola manajemen fiskal serta relaksasi peraturan sudah dilakukan dan fundamental ekonomi Indonesia juga positif. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Industri Petrokimia Dinilai Punya Peluang Besar Berkembang di Indonesia
-
Cadangan Gas Turun, PGN Ungkap Tantangan Industri Migas Nasional
-
Reklamasi: Saat Kewajiban Hukum Bertransformasi Menjadi Komitmen Pemulihan Ekosistem
-
Pemerintah Mulai Pangkas Kuota Ekspor Gas Secara Bertahap
-
Kuota Mudik Gratis Nataru 2026 Berpeluang Ditambah, Cek Link Resmi dan Tujuan
-
Saham INET Melesat 24 Persen Usai Kantongi Restu OJK untuk Rights Issue Jumbo
-
Pabrik VinFast Subang Didemo Warga Kurang dari 24 Jam Setelah Diresmikan
-
Gus Ipul Datangi Purbaya, Usul Bansos Korban Bencana Sumatra Rp 15 Ribu per Hari
-
Hadapi Libur Nataru, BRI Optimistis Hadirkan Layanan Perbankan Aman
-
Nilai Tukar Rupiah Ambruk Gara-gara Kredit Nganggur