Ahli perdagangan internasional dari Akademi China untuk Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi Zhu Caihua menyatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari strategi kerja sama regional "Belt and Road Initiative" (BRI).
"Munculnya China sebagai kekuatan ekonomi baru di Asia melalui inisiatif tersebut merupakan kunci pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan di kawasan Asia, Afrika, serta Eropa," kata Caihua saat menerima kunjungan wartawan dari negara-negara ASEAN di Beijing, Cina, Sabtu (23/9/2017).
China, menurut dia, akan memerankan peran sebagai penggerak roda ekonomi regional seperti halnya Amerika Serikat bagi Kanada dan Meksiko atau Jepang bagi Asia.
"Afrika dan Amerika Latin seperti tertinggal dalam 'pertarungan' ini karena kita tidak bisa mengidentifikasi negara-negara dengan ekonomi paling kuat di dua kawasan tersebut," ujar perempuan yang menjabat Deputi Direktur Institut Perdagangan Luar Negeri pada lembaga yang berafiliasi dengan Kementerian Perdagangan China itu.
Meskipun sempat mendapat persepsi negatif dari negara-negara tetangga seperti Filipina dan Vietnam saat pertama diperkenalkan oleh Presiden China Xi Jinping pada 2015, pengaruh China melalui BRI semakin meluas ke beberapa negara Asia, tidak terkecuali Indonesia.
Di bawah platform BRI, badan usaha milik negara di Indonesia dan China yang tergabung dalam konsorsium PT Kereta Api Cepat Indonesia China (KCIC) saat ini sedang menggarap proyek infrastruktur kereta cepat Jakarta-Bandung yang ditargetkan selesai pada 2019.
"Sebagai seorang akademisi saya melihat perkembangan ini sangat baik karena orang menyadari bahwa dunia mulai berubah, dan China sebagai kekuatan regional yang baru bangkit tidak akan dengan bodoh memulai konflik atau sengketa dengan negara-negara tetangganya," kata Caihua.
Hingga 2015, China telah berkontribusi lebih dari 70 persen pembangunan infrastruktur di Asia dengan nilai investasi sebesar 686 miliar dolar AS.
Baca Juga: Basuki: Peran Geolog Penting dalam Pembangunan Infrastruktur
Berdasarkan data Asian Development Bank (ADB), nilai investasi untuk pembangunan infrastruktur di Asia dalam kurun waktu 2016-2020 diperkirakan mencapai 26 triliun dolar AS dengan porsi terbesar pada proyek pembangkit listrik senilai 11,69 miliar dolar AS.
Saat ini, sektor publik mendanai sekitar 92 persen investasi infrastruktur regional termasuk diantaranya 90 persen di Asia Timur yang didanai oleh China dan 62 persen di Asia Selatan. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok