Suara.com - Direktur Maritim Research Institute (MARIN Nusantara) Makbul Muhammad mengatakan program Tol Laut yang dicanangkan Presiden Joko Widodo dibajak oknum pengusha ekspedisi "nakal". Akibatnya tujuan program untuk maksimal dalam menekan disparitas harga antar wilayah Indonesia tak tercapai.
Makbul menegaskan bahwa Tol laut adalah jawaban dari ketidakadilan ekonomi dan ketimpangan. Sebulum ada program tol laut Jokow-Jk, harga-harga kebutuhan pokok masyarakat meningkat 50 persen ketika dibawah keluar dari pulau Jawa.
"Dengan tol laut yang disubsidi oleh negara, diharpakan mampu mengurai disparitas harga antar daerah di luar pulau Jawa," kata Makbul saat dihubungi oleh Suara.com, Kamis (22/2/2018).
Program tol laut yang dicanangkan oleh pemerintah ternyata mengalami banyak hambatan di lapangan. "Porgram Tol Laut dibajak oknum ekspedisi yang mengambil keuntungan dari jasa pengiriman tol laut yang relatif murah," ujarnya.
Modus ekspedisi ini dengan menetapkan harga sendiri yang lebih mahal sekitar 70 persen dari harga yang ditetapkan oleh operator kapal tol laut. Kalangan pengusaha ekspedisi besar ini kemudian memborong kontainer, sehingga pelaku usaha kecil ekspedisi sulit mendapatkan kouta kontainer yang kemudian diarahkan mengambil kontainer melalui ekspedisi.
Pihak ekspedisi biasanya menetapkan harga per satu kontainernya dari Pelabuhan Surabaya ke Pelabuhan Manokwari sebesar Rp10 juta - Rp11 juta. Padahal harga perkontainer dari operator kapal Rp5 juta - Rp6 juta. "Sehingga biaya subsidi yang dikeluarkan oleh negara kurang berefek menekan angka disparitas harga," ujarnya.
Kedua, pihak pengusaha yang menggunakan jasa tol laut saat dipasar mencampur barang dagangannya dengan barang kapal non tol laut, sehingga herga-harga tidak turun signifikan.
"Dalam pengamatan kami untuk di Papua nilai disparitas harga-harga bahan pokok seperti beras, gula, terigu, minyak goreng, semen, besi turun 10 persen dari tahun 2016-2017, dan di NTT turun 15 persen untuk tahun dari tahun 2016 ke 2017," jelasnya. Menurutnya, jika tidak dibajak praktik-praktik bisnis yang nakal, disparitas harga bisa diturunkan oleh program Tol Laut sampai 30 persen.
Oleh sebab itulah, Marin Institute mendesak, pertama, pemerintah segera melakukan Penguatan program "Rumah Kita" disetiap daerah untuk memaksimalkan hilirisasi logistik program tol laut. Kedua, Pemerintah memberikan batasan kuota kontainer kepada pelaku usaha agar tidak terjadi monopoli.
Ketiga, operator kapal memperketat pengawasan stuffung kontainer agar tidak terjadi manupilasi data manifest.
Keempat, Pemerintah perlu melengkapi fasilitas pelabuhan untuk memperlancar aktifitas bongkar muat.
Kelima, Kementerian Perdagangan perlu memaksimalkan pengendalian harga barang-barang yang dimuat oleh kapal tol laut. Keenam, Presiden Jokowi perlu menginisiasi satuan kerja (satker) untuk memperkuat sinetgitas pelaksanaan program tol laut dari hulu sampei ke hilir.
"Khusus untuk muatan balik, pemerintah pusat (kementerian terkait) perlu bersinergi dengan pemerintah daerah dalam memaksimalkan pengembangan komoditas lokal," tutupnya.
Tag
Berita Terkait
-
Pengeluaran Ongkos Transportasi Warga Bekasi dan Depok Paling Mahal di Dunia
-
Gema 'Tangkap Sudewo!' Nyaring di Gedung KPK Pagi Ini
-
Kericuhan Warnai FGD Kemenhub saat Bahas Kebijakan untuk Ojol, Ada Apa?
-
Misteri 300 'Penumpang Siluman' di KM Barcelona yang Terbakar, DPR: Ini Harus Diinvestigasi!
-
Aksi 217 Pecah! Ojol Demo Lebih Besar dari Sebelumnya, Ini Tuntutan Mereka
Terpopuler
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
OJK Akui Mayoritas Bank Revisi Target Jadi Lebih Konservatif, Ekonomi Belum Menentu?
-
Pertamina Berhasil Reduksi 1 Juta Ton Emisi Karbon, Disebut Sebagai Pelopor Industri Hijau
-
Pemerintah Dorong Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan Bagi Pengusaha UMKM, Dukung UMKM Naik Kelas
-
Dulu Joao Mota Ngeluh, Ternyata Kini Agrinas Pangan Nusantara Sudah Punya Anggaran
-
Kekhawatiran Buruh Banyak PHK Jika Menkeu Purbaya Putuskan Kenaikan Cukai
-
Investor Mulai Percaya Kebijakan Menkeu Purbaya, IHSG Meroket
-
Resmi! DPR Setuju Anggaran Kemenag 2026 Naik Jadi Rp8,8 Triliun
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
Atasi Masalah Sampah di Bali, BRI Peduli Gelar Pelatihan Olah Pupuk Kompos Bermutu
-
3 Jenis BBM Shell Ini Masih Langka di Seluruh SPBU