Suara.com - Mulai pekan ini (8/5), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berada di zona Rp 14.000. Berdasarkan kurs referensi di Bank Indonesia, rupiah diperdagangkan di level Rp 14.036 per dollar AS. Sehari sebelumnya masih di level Rp 13.956 per dollar AS.
Di bank BCA, rupiah juga ditransaksikan di level Rp 14.000. Kurs jual rupiah di BCA masing-masing sebesar Rp 14.046 (e-rate) dan Rp 14.200 di konter. Kurs e-rate digunakan untuk transaksi secara online melalui e-banking.
Di konter valuta asing, nilai tukar rupiah bahkan telah mencapai Rp 14.000 per 1 dollar AS sejak sepekan lalu. Maklum konter valas biasanya lebih cepat bergerak naik dibandingkan konter bank.
Rupiah melemah terhadap dollar karena para investor di bursa saham dan pasar utang pemerintah menjual kepemilikan mereka. Saat itu mereka melepas rupiah dan mengoleksi dollar AS. Sebab itulah dollar AS menguat, dan sebaliknya rupiah melemah.
Para investor tersebut, umumnya asing, mencari peruntungan baru di AS yang dinilai lebih menarik karena suku bunga acuan akan dinaikkan sebanyak tiga kali dalam tahun ini. Namanya saja negara dengan peraturan devisa bebas, Indonesia tidak bisa berbuat banyak menghalangi investor asing yang berbondong-bondong memindahkan aset keuangannya.
Belum lagi permintaan perusahaan terhadap dollar AS untuk membayar utang kepada lembaga keuangan di luar negeri. Perusahaan tersebut tentu akan mengoleksi dollar dan melepas rupiahnya. Mata uang burung garuda pun semakin melemah di hadapan Paman Sam (dollar AS).
Nilai Tukar Rupiah Tahun 1998
Pelemahan nilai tukar rupiah ke zona Rp 14.000 per dollar AS sebenarnya tidak terjadi kali ini saja. Sebelumnya, tiga tahun lalu, tepatnya pada 29 September 2015, nilai tukar rupiah tersungkur hingga Rp 14.728 per dollar AS, melemah dari Januari 2015 yang masih Rp 12.474 per dollar.
Tidak heran jika pelaku ekonomi saat ini dibayang-bayangi masa-masa krisis 1998. Maklum, saat ini, nilai tukar rupiah hanya selisih Rp 2.000 dibanding nilai tukar saat krisis 1998. Pada Juni 1998, rupiah berada di posisi Rp 16.800 per USD, nilai terburuk sepanjang catatan sejarah republik ini. Padahal setahun sebelum krisis terjadi, tepatnya 1997, rupiah aman di angka Rp 2.400 per USD.
Saat itu, pergerakan keterpurukan rupiah berlangsung cepat. Dari Rp 2.400 menjadi Rp 3.200 lalu bergerak ke level Rp 5.500 per USD. Ketika tanda-tanda krisis muncul, rupiah langsung ambruk ke posisi Rp 15.400 per USD pada Januari 1998.
Rupiah sempat mereda ke angka Rp 800 per USD pada Februari-Mei 1998. Namun kondisi itu ternyata hanya sementara. Badai lebih besar datang dan menghantam Rupiah ke level paling buruk yakni Rp 16.800 per USD pada Juni 1998.
Perbedaannya dengan pelemahan rupiah sekarang, pelemahan rupiah terhadap dollar AS terjadi cukup lambat.
Pelemahan rupiah tidak terjadi secara ekstrem sehingga para pelaku pasar dan sektor usaha masih bisa menyesuaikan. Pelemahan kali ini lebih banyak disebabkan oleh pengaruh Amerika Serikat. Para investor asing pun mencari negara tempat beternak atas dana mereka sebagai safe haven baru.
Sektor Usaha paling Rentan
Saat nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS, kamu yang berprofesi sebagai karyawan mungkin tenang-tenang saja. Berbeda halnya dengan pimpinan perusahaan: mereka akan sulit tidur karena pelemahan rupiah akan berdampak kepada keuangan perusahaan.
Jika dibiarkan terus melemah, bisa-bisa perusahaan akan gulung tikar. Pertanyaannya, sektor usaha apa yang paling terkena dampak dari pelemahan rupiah? Saat ini prosesnya masih berlangsung sehingga dampaknya belum begitu jelas diketahui. Cuma kita bisa melihat dampak pelemahan dari pelemahan rupiah yang terjadi dua puluh tahun silam.
Berita Terkait
-
Untung Rugi Redenominasi Rupiah
-
Apakah Indonesia Pernah Redenominasi Rupiah? Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Menkeu Purbaya Bakal Redenominasi Uang Rp 1000 Jadai Rp 1, Apa Maksudnya?
-
Aliran Modal Asing Keluar Begitu Deras Rp 4,58 Triliun di Pekan Pertama November 2025
-
Purbaya Mau Ubah Rp1.000 jadi Rp1, Menko Airlangga: Belum Ada Rencana Itu!
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Bank BJB Batalkan Pengangkatan Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya Jadi Komisaris, Ada Apa?
-
Laurin Ulrich Bersinar di Bundesliga 2: Makin Dekat Bela Timnas Indonesia?
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
Terkini
-
BRI Hadirkan Ratusan Pengusaha UMKM Binaan dalam Festival Kemudahan dan Pelindungan Usaha Mikro
-
Bank BJB Batalkan Pengangkatan Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya Jadi Komisaris, Ada Apa?
-
Kolaborasi KB Bank dan MSIG Life Hasilkan Smart Wealth Assurance, Jaminan Finansial Keluarga
-
IHSG Pecah Rekor di Awal Perdagangan Senin, Tembus Level 8.443
-
Harga Emas Antam Lagi Tren Naik, Kini Capai Rp 2.307.000 per Gram
-
Pendaftaran Bintara Brimob Resmi Dibuka: Ini Cara Daftar, Jadwal, Syarat, dan Tahapan
-
Ancaman Deepfake Buat Perbankan Tekor Rp2,5 Triliun
-
Gairahkan Sektor Komersial, Kawasan Properti Ini Bidik 90.000 Captive Market
-
65 Persen Warga RI Terima Upaya Penipuan Tiap Minggu
-
Harga Emas Hari Ini Stabil: Galeri 24 dan UBS Kompak, Emas Antam Jadi Sorotan