Suara.com - Cerita kehidupan salah satu bekas nelayan di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara ini bisa menjadi gambaran nasib para nelayan pasca-kemunculan pulau buatan atau reklamasi.
Adalah Taryana, pria 46 tahun ini mengaku sudah tiga tahun terakhir tak lagi bisa merasakan deru udara tengah lautan. Ia memilih 'pensiun' dari aktivitas melaut yang sudah bertahun-tahun digelutinya itu. Ini karena hasil tangkapannya sebagai nelayan menurun drastis sejak dimulainya proyek reklamasi di Pantai Utara Jakarta.
Dari ikan hingga kerang hijau menjadi barang langka yang sulit didapat semenjak megaproyek reklamasi dimulai. Nelayan pun menjerit.
"Nelayan bergantung pada laut. Laut adalah hajat bagi nelayan di sini. Kalau hasil tangkapan sedikit, nelayan mau makan apa?," ucap Taryana saat ditemuin Suara.com di Rumah Susun Muara Angke, Jakarta Utara, Senin (18/6/2018).
Sulitnya mendapatkan ikan di laut menjadi alasan bagi Taryana ogah melaut kembali. Bagi Taryana, kembali melaut mencari ikan sama dengan mencari jarum di tumpukan padi.
"Hidup di negara yang sebagian besar wilayahnya lautan malah susah cari ikan. Masak kita harus sampai tengah laut buat cari ikan. Buang-buang uang untuk perjalanan saja," sesal Taryana.
Namun Taryana tidak serta merta menolak adanya proyek reklamasi di Pantai Utara Jakarta. Kalaupun proyek tersebut dilanjutkan, ia hanya berharap ada kesejahteraan bagi nelayan.
"Saya tidak mau pikir banyak tentang reklamasi. Mau dilanjutkan silahkan, mau dihentikan silahkan. Asal para nelayan tidak kehilangan mata pecahariannya sehari-hari" kata dia.
Usai memilih 'pensiun' melaut, untuk menyambung hidup, kini Taryana fokus mengelola hasil limbah laut untuk dijadikan aneka ragam kesenian. Mulai dari perahu, bingkai berisi kepiting dan lobster hingga patung naga.
Baca Juga: Sejak Reklamasi Bergulir, Mantan Nelayan Ini Sukses Jadi Perajin
Di sela-sela kesibukannya, Taryana sesekali mengolah ikan asin ketika sedang ada pesanan.
Berita Terkait
-
DPRD: Pembentukan BKP Bukan Untuk Melanjutkan Proyek Reklamasi
-
Melawat ke Luar Negeri, Ini Agenda Sandiaga Uno di AS
-
Buaya Muncul di Perairan Jakarta, Kemungkinan Migrasi Satwa?
-
Nelayan Jakarta: Reklamasi Dilanjutkan, Kami Cari Ikan di Mana?
-
Apakah Nelayan Mengerti soal Pergub BKP Reklamasi Teluk Jakarta?
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
-
Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T