Suara.com - Mengantisipasi menurunnya produksi energi fosil seiring keterbatasan teknologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak tinggal diam untuk melakukan berbagai langkah terobosan, yaitu memaksimalkan pemanfaatan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai sumber energi primer.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar membeberkan beberapa langkah taktis agar menjaga ketahanan dan kemandirian energi.
Pertama, perluasaan penggunaan bauran minyak sawit dalam solar sebesar 20 persen atau B20. Penggunaan ini akan ditujukan kepada seluruh kendaraan bermesin diesel.
"Salah satu comparative advantage yang kita punya adalah Crude Palm Oil (CPO), untuk itu Bapak Presiden sudah memerintahkan bahwa biosolar itu kandungan minyak kelapa sawit akan 20 persen. Sekarang ini sedang godok peraturannya,” kata Arcandra di Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Saat ini, konsumsi Biosolar 20 hanya diwajibkan kepada kendaraan bersubsidi atau public service obligation (PSO) seperti kereta api. Perluasan B20 mempertimbangkan kecukupan bahan baku CPO yang ada di Indonesia.
Kedua, gerakan sejuta atap. Arcandra mengungkapkan, Pemerintah sedang merancang aturan menteri mengenai penggunaan solar PV rooftop atau yang lebih dikenal dengan energi surya baik di rumah maupun gedung bertingkat.
"Pak Menteri sangat giat-giatnya mendorong rumah untuk memasang solar PV pada Rooftop. Kebetulan di kalangan ESDM sudah dipasang, seperti di rumah pak menteri sudah dan saya sudah dipasang," ungkapnya.
Lebih lanjut, Arcandra optimis jika nantinya harga solar PV akan lebih kompetitif ke depannya dan dapat bersaing dengan energi fosil.
"Ini salah satu cara untuk menaikkan 23 persen pada tahun 2025," jelasnya.
Ketiga, pengembangan mobil listrik. Kehadiran mobil listrik akan mengurangi emisi gas buang, serta membuat udara lebih bersih.
"Untuk mengubah dari foreign energy import menjadi domestic energy supply, kita harus mendorong transportasi kita menjadi listrik," jelas Arcandra.
Arcandra optimis apabila pengembangan ini berhasil, Indonesia bisa memproduksi energi sendiri tanpa bergantung banyak dengan negara lain sehingga kemandirian energi bisa terwujud.
"Itu menjadi cita-cita kita," harapnya.
Langkah-langkah di atas ditempuh Pemerintah mengingat kemampuan teknologi hingga saat ini belum sanggup memproduksi energi fosil hingga 100 persen.
"Energi fosil suatu saat itu bukan habis, tapi kita tidak bisa memproduksikannya lagi. Ternyata belum ada teknologi yang mampu mengambil 100 persen itu, minyak misalnya maksimal 40 persen," papar Arcandra.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Kementerian PKP Ajak Masyarakat Kenali Program Perumahan Lewat CFD Sudirman
-
Aliran Modal Asing Keluar Begitu Deras Rp 4,58 Triliun di Pekan Pertama November 2025
-
Gaikindo Buka Peluang Uji Coba Bobibos, Solar Nabati Baru
-
Emas Antam Makin Mahal di Akhir Pekan Ini, Capai Hampir Rp 2,3 Juta per Gram
-
Emiten PPRE Raih Kontrak Baru Garap Proyek Anak Usaha ANTM di Halmahera Timur
-
Bhinneka Life Telah Tunaikan Klaim Asuransi Rp 308 Miliar Hingga Semester I-2025
-
IHSG Melesat ke Level Tertinggi Selama Perdagangan Sepekan Ini
-
Gaikindo: Mesin Kendaraan Produk Tahun 2000 Kompatibel dengan E10
-
Purbaya Mau Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1, RUU Redenominasi Rupiah Kian Dekat
-
Purbaya Mau Ubah Rp1.000 jadi Rp1, Menko Airlangga: Belum Ada Rencana Itu!