Suara.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2018 tercatat mencapai 5,17 persen. Hal ini merupakan capaian positif di tengah gejolak ekonomi global, ditambah pula dengan meningkatnya impor yang terjadi pada industri besi dan baja, petrokimia, dan kimia dasar atau farmasi.
Pertumbuhan ekonomi triwulan III saat ini lebih tinggi daripada periode yang sama tahun lalu. Meskipun demikian, saat ini Indonesia dihadapkan dengan tantangan lain, yaitu neraca pembayaran yang terus menerus defisit, disebabkan antara lain oleh neraca perdagangan negatif.
“Pada triwulan III 2018, defisit neraca perdagangan migas jauh lebih besar dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan barang nonmigas,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat memberikan keynote speech dalam Acara Pertamina Energy Forum 2018, di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Menko Darmin pun meminta Pertamina mengambil sejumlah langkah strategis guna membantu mengurangi defisit neraca pembayaran.
Pertama, Pertamina perlu mempercepat pengembangan industri petrokimia yang terintegrasi dengan pembangunan dan pengembangan kilang-kilang minyak.
Sebenarnya, kata dia, sudah sejak tiga bulan lalu Pertamina menandatangani Perjanjian Pokok dengan pemerintah dalam mengembangkan Industri Petrokimia, melalui restrukturisasi PT. Tuban Petro Industries (TPI).
“Pemerintah minta agar Pertamina segera melaksanakan apa yang tertuang dalam perjanjian pokok tersebut, termasuk pengembangan aromatic dan olefin,” ujarnya.
Kedua, Pertamina perlu meningkatkan efektifitas pelaksanaan Biodiesel 20 persen dan pengembangan Bio-Refinery. Seperti diketahui, sejak 1 September 2018, Pemerintah telah menetapkan perluasan mandatori B20, yakni pemanfaatan B20 baik untuk tujuan Public Service Obligation (PSO) maupun Non PSO.
“Melalui kebijakan ini, kita akan gunakan FAME (Fatty Acid Methyl Esters, red.) yang berasal dari CPO sebagai pengganti solar sebanyak 20 persen. Di samping itu, Pemerintah mengarahkan Pertamina agar membangun Bio-Refinery di sentra-sentra produksi sawit seperti di Riau dan di Sumatera Selatan.” katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
5 Alasan Mengapa Harga Emas Cenderung Naik Terus Setiap Tahun
-
Harga Perak Cetak Rekor 2025, Bagaimana 2026?
-
Emas Antam Stagnan Jelang Tahun Baru, Harganya Masih Rp 2.501.000 per Gram
-
Harga Emas Antam Catat Rekor Penurunan Terburuk Pada Akhir Tahun 2025
-
Dapat Obat Kuat BI, Rupiah Makin Perkasa Lawan Dolar AS ke Level Rp16.739
-
Penumpang KRL Dilarang Bawa Petasan dan Kembang Api
-
Operasional KRL Diperpanjang Hingga Jam 1 Pagi di Malam Tahun Baru, Intip Jadwalnya
-
Layanan Pulih 100 Persen, BSI Pastikan Operasional dan Transaksi Nasabah di Aceh Kembali Normal
-
Kejahatan Siber Serang Industri Pasar Modal, OJK Minta Jaga Data Pribadi
-
BRI Peduli Bantu Pulihkan Psikologis Anak-Anak Korban Bencana Aceh-Sumatra