Suara.com - Indonesia akhirnya bersepakat melakukan perjanjian dagang dengan Australia. Hal ini didapati setelah, kedua negara menandatangani perjanjian dagang.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, perjanjian dagang baru bisa disepakati setelah 9 tahun dilakukan negosiasi.
"Negosiasi menyelesaikan 12 putaran negosiasi, dan sejumlah pertemuan Kepala Negosiator selama proses negosiasi yang berlangsung hampir sembilan tahun, Indonesia dan Australia menyatakan pada tanggal 31 Agustus 2018 bahwa negosiasi telah secara substansial selesai. Akhirnya, perjanjian ditandatangani hari ini," kata Mendag di Hotel JS Luwansa, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Senin (4/3/2019).
Mendag menjelaskan, dengan adanya perjanjian dagang ini, tarif ekspor ke Australia sebesar 100 persen akan hilang. Selanjutnya, Australia juga tidak dikenakan tarif ekspor ke Indonesia yang sebesar 94 persen.
Adapun, sektor industri utama di kedua negara yang akan mendapatkan keuntungan dari penghapusan tarif ini antara lain industri otomotif, tekstil, alas kaki, agribisnis, makanan dan minuman serta furnitur.
"Perjanjian ini baik untuk kedua negara bukan hanya perdagangan saja tapi juga investasi. Dapat diprediksi yang memungkinkan aliran investasi langsung asing yang lebih besar terutama di sektor-sektor seperti pertambangan, energi, besi dan baja, keuangan, pendidikan kejuruan dan pariwisata yang lebih tinggi, pariwisata, kesehatan, dan agribisnis," tutur dia.
Mendag menambahkan, Indonesia dan Australia juga bersama-sama bisa saling membantu dalam pengembangan sumber daya manusia, memfasilitasi inovasi, mendorong integrasi ke dalam rantai nilai global dan meningkatkan kerja sama di sektor pembangkit tenaga listrik, misalnya dengan cara membangun program pertukaran keterampilan.
"Jadi ini hari bersejarah bagi Indonesia dengan Australia. Walaupun perdagangan kedua negara masih dianggap kecil tapi sekarang kita bisa tingkatkan," kata dia.
Menurut Statistics Indonesia, total perdagangan bilateral antara Indonesia dan Australia tercatat 8,6 miliar dolar AS pada tahun 2018.
Baca Juga: Perempuan Asal Australia Sebut Implan Payudara Meracuni Tubuhnya
Ekspor utama Indonesia ke Australia termasuk minyak bumi, furniture, ban, panel layar, dan alas kaki. Sedangkan impor utama Indonesia dari Australia meliputi gandum, minyak bumi, ternak, batubara dan gula.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen