Suara.com - Pemerintah mencatat hingga Oktober 2019 defisit anggaran dalam APBN sudah mencapai Rp 289,1 triliun, defisit ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 237 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, pemicu membengkaknya defisit anggaran dikarenakan seretnya penerimaan negara akibat dari lesunya kondisi ekonomi global. Terutama dari sektor migas dan non migas.
"Kenaikan defisit ini terjadi karena penerimaan khususnya migas PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) baik pajak maupun PNBP dan penerimaan pajak non migas tekanan terutama sektor primer dan sekunder," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita di Kementerian Keuangan Jakarta, Senin (18/11/2019).
Di sisi lain, belanja negara juga mengalami tekanan namun tak sedalam tekanan pada sisi penerimaan. Realisasi belanja negara tumbuh 4,5 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 11 persen.
Selain itu, Kementerian Keuangan mencatatkan hingga Oktober 2019 penerimaan kas negara dari perpajakan baru mencapai Rp 1.173,9 triliun, angka tersebut baru mencapai 65,7 persen dari target APBN 2019.
"Secara nominal realisasi penerimaan perpajakan hingga Oktober 2019 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2018," kata Sri Mulyani.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menjelaskan realisasi penerimaan negara dari pajak non migas mencapai Rp 969,2 triliun, sementara dari kepabeanan dan cukai mencapai Rp 155,2 triliun dan dari PPH migas mencapai Rp 49,3 triliun.
Sementara di sisi belanja, total belanja negara sampai akhir Oktober adalah Rp 1.798 atau 73,1 persen dari target.
Belanja pemerintah pusat tercatat Rp 1.121,1 triliun atau mencapai 68,8 persen dan transfer ke daerah/dana desa adalah Rp 676,9 triliun atau mencapai 81,9 persen.
Baca Juga: Defisit Anggaran, Ganti Rugi Pembebasan 118 Lahan Dibatalkan Tahun Ini
"Kita ingatkan kepada K/L (Kementerian/Lembaga) agar menjaga momentum demand agar kita bisa ikut mendorong perekonomian sampai akhir tahun ini," ujar Sri Mulyani.
Perkembangan penerimaan dan belanja tersebut menghasilkan defisit anggaran sebesar Rp 289,1 triliun atau setara 1,8 persen PDB. Pada akhir tahun, pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar Rp 296 triliun atau 2,26% PDB.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Bukan Sekadar Bazaar, PNM Hadirkan Ruang Tumbuh dan Silaturahmi UMKM di PFL 2025
-
Perkuat Sport Tourism dan Ekonomi Lokal, BRI Dukung Indonesia Mendunia Melalui MotoGP Mandalika 2025
-
BRI Dorong UMKM Kuliner Padang Perkuat Branding dan Tembus Pasar Global Lewat Program Pengusaha Muda
-
Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia Masih Stagnan, BSI Genjot Digitalisasi
-
Bank Mega Syariah Bidik Target Penjualan Wakaf Investasi Senilai Rp 15 Miliar
-
Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
-
Saham Bank Lapis Dua Kompak Rontok, Maybank Indonesia Ambles Paling Dalam
-
OJK Minta Generasi Muda Jangan Awali Investasi Saham dari Utang
-
Daftar Harga Emas Antam Hari Ini, Naik Apa Turun?
-
Aliran Modal Asing yang Hengkang dari Pasar Keuangan Indonesia Tembus Rp 9,76 Triliun