Suara.com - Virus corona mengancam kesejahteraan 800 juta orang di seluruh dunia yang tergantung pada pengiriman uang dari anggota keluarga mereka yang bekerja di luar negeri.
Lebih dari 200 juta pekerja migran mengirim uang kepada keluarga mereka di negara asal, kata PBB. Dan uang itu disebut remitansi.
Namun tahun ini, karena pandemi, nilai pengiriman uang oleh pekerja migran, menurut Bank Dunia, akan mengalami "penurunan paling tajam dalam sejarah modern".
Pengiriman uang dari para tenaga kerja migran ke keluarga mereka di negara-negara dengan pendapatan rendah hingga menengah diperkirakan akan turun dari US$554 miliar atau sekitar Rp8,258 triliun pada tahun 2019 menjadi U$445 miliar atau Rp6,632 triliun, kira-kira turun 20%.
Bank Dunia mengatakan hal ini terjadi "terutama karena penurunan gaji dan penurunan jumlah pekerja migran yang benar-benar bekerja."
Ditambahkan, para pekerja migran cenderung lebih rentan kehilangan pekerjaan dan upah dalam krisis ekonomi di negara yang ditempatinya."
Rata-rata remitansi berkisar antara US$$200-US$300 (Rp2,9 juta-Rp4,5 juta) cukup untuk menghidupi seluruh anggota keluarga selama satu bulan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Tanpa tali pertolongan yang penting ini, "kita menghadapi masa depan yang suram bagi jutaan orang," kata Delphine Pinault, dari CARE International, lembaga amal yang mengadakan proyek-proyek untuk memerangi kemiskinan di hampir 100 negara.
Lalu bagaimana warga mengatasi kesulitan ini? Berikut kisah beberapa orang yang terdampak.
Baca Juga: Sejarawan: Sejak Zaman VOC, Saat Ada Wabah Prioritas Elite Adalah Ekonomi
Dari Malaysia ke Indonesia: Sumarno
Sejak diberlakukan Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) atau semacam pembatasan pergerakan di Malaysia mulai tanggal 18 Maret lalu, praktis sumber penghasilan Sumarno kering.
Pria asal Jawa Tengah itu adalah pekerja migran Indonesia yang punya keahlian dalam bidang kelistrikan.
Dengan gaji harian, jasanya biasanya diperlukan di berbagai tempat, mulai dari rumah, pabrik hingga bangunan.
"Secara ekonomi jelas pengaruh, sebab dengan adanya sistem PKP dari tanggl 18 Maret sampai sekarang tidak diperbolehkan bekerja, sedang untuk pekerja harian itu ada kerja ada gaji, jadi untuk waktu tersebut tidak dapat penghasilan langsung," tuturnya kepada wartawan BBC News Indonesia, Rohmatin Bonasir, pada Selasa (12/05).
Hasilnya cukup untuk menghidupi anak dan istrinya di Malaysia, selain dikirim ke Indonesia untuk lima anggota keluarga; kedua orang tuanya, kedua mertuanya dan seorang anak yang sekolah di SMK.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Sunscreen Terbaik untuk Flek Hitam Usia 50 Tahun, Atasi Garis Penuaan
- Sosok Profesor Kampus Singapura yang Sebut Pendidikan Gibran Cuma Setara Kelas 1 SMA
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
Pilihan
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
-
Istri Thom Haye Keram Perut, Jadi Korban Perlakuan Kasar Aparat Keamanan Arab Saudi di Stadion
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
Terkini
-
Pembobolan Rp 70 Miliar di RDN BCA Akibat Serangan Siber, Pihak Ini Tanggung Kerugian Nasabah
-
Bahlil: Biodiesel Bikin Devisa Negara Hemat 40,71 miliar Dolar AS
-
Bahlil: Impor Minyak 1 Juta Barel per Hari Bikin Devisa Negara 'Bocor' Rp 776 Triliun per Tahun
-
Lewat NextDev, Telkomsel Cetak Technopreneurs Unggul dengan Kurikulum Inovasi Berbasis AI
-
Percepat Swasembada Pangan, Mentan Pastikan Indonesia Siap Hentikan Impor Beras
-
OJK: Kerugian Akibat Scam Tembus Rp 6,1 Triliun
-
Izin 190 Perusahaan Tambang Dibekukan, Bahlil: Hutan Rusak, Siapa Tanggung Jawab?
-
Naik 15,6 Persen, Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Tembus 7,7 Juta Periode Juli-September
-
PP 39/2025 Terbit, Pemerintah Prioritaskan Stok Batu Bara untuk BUMN Energi dan Industri Strategis
-
Sempat ke Level Tertinggi, IHSG Akhirnya Ditutup Menguat Didorong Keperkasaan Rupiah