Suara.com - Juru Bicara Kepresidenan Fadjroel Rachman menyebut Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak mungkin diterapkan dalam jangka waktu yang lama saat pandemi Covid-19.
Pasalnya kata dia, hal tersebut akan berdampak pada kehidupan perekonomian masyarakat.
"Yang lebih penting, karena tidak mungkin PSBB ini diimplementasikan dalam jangka lama karena harus menyelamatkan kehidupan sosial ekonomi," ujar Fadjroel dalam diskusi Teras Terbuka Daring dengan tema Kesiapan Normal Baru Distorsi Informasi Saat Normalisasi, Jumat (12/6/2020) kemarin.
Fadjroel menuturkan hingga kini belum belum ada kepastian kapan adanya vaksin untuk Covid-19.
Karena itu pemerintah memberlakuan tatanan new normal untuk menyelamatkan kehidupan sosial ekonomi yang juga disertai pertimbangan epidemiologi dan pertimbangan lainnya.
"Cara berpikirnya, kita menganggap bahwa, karena tidak bisa ditentukan kapan sebenarnya vaksin covid19 bisa ditemukan. Karena itu misalnya UU nomor 2 tahun 2020, disitu disebutkan untuk jaga perekonomian nasional sampai akhir tahun anggarannya itu 2022. Jadi kesiapannya sampai akhir tahun anggaran 2022. Persiapannya tentu adalah protokol kesehatan berdasarkan WHO dan juga ada landasan hukumnya," ucap dia.
Tak hanya itu Fadjroel menuturkan di beberapa daerah yang menerapkan PSBB, juga sudah memasuki persiapan menuju normal baru.
Kata dia, diberlakukan tatanan normal baru, untuk mempertahankan keberlanjutan hidup dengan mempertahankan dua variabel yakni disiplin ketat terhadap kesehatan kolektif sesuai protokol dan menjaga produktivitas sosial dan ekonomi.
"Tentu menjaga produktivitas sosial dan ekonomi terutama sebenarnya pada kehidupan umkm yang untuk mikro saja itu ada 98,8 persen dari usaha di Indonesia itu ada di sektor mikro," kata dia.
Baca Juga: Curi Start, Gerai Pakaian di Mal Kokas Sudah Buka di Masa PSBB Transisi
"Orang yang hari ini dagang dapat uang sebagian di makan kadang habis dan besok habis. Jadi kalau mereka diharapkan terus berada di rumah, mereka akan hadapi kondisi yang sangat buruk sehingga yang namanya misbar atau miskin baru akan semakin bertambah," sambungnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Tekanan Jual Investor Asing Dorong IHSG Anjlok di Sesi Pertama Perdagangan Senin
-
Pithaloka Batik Kini Merambah Pasar Internasional Berkat Rumah BUMN Pekalongan dari Telkom
-
Telkom Bantu Tumbuh Kembang UMKM di Kota Pekalongan, Beberapa Produknya telah Mendunia
-
BTN Sudah Salurkan 129.687 KPR Subsidi
-
Seluruh Pekerja PT Freeport Indonesia Tertimbun Longsor Sudah Ditemukan, Begini Kondisinya
-
OJK: Peluang Kecanggihan Teknologi Infomasi di Industri Keuangan, Apa Untungnya?
-
Berkomitmen pada Keberlanjutan, Brantas Abipraya Meraih Platinum Award CSRSDGESG 2025
-
Rupiah Dibuka Demam Lawan Dolar Pada Perdagangan Hari Ini, Sentuh Level Rp 16.591
-
IHSG Dibuka Menghijau, Tiga Saham Bank Ini Malah Berwarna Merah
-
PLTS Terapung di Waduk Saguling Mulai Dibangun, Bisa Suplai Listrik 50 Ribu Rumah