Suara.com - PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II ikut merasakan dampak saat pandemi covid-19. Terutama pada aktivitas arus kontainer.
Direktur Utama Pelindo II, Arif Suhartono mengungkapkan, aktivitas arus kontainer pada Juni 2020 mengalami penurunan 8,3 persen. Namun, kata Arif, capaian aktvitas ini lebih baik dibanding bulan sebelumnya.
"Pada Mei (turun) 11 persen tapi alhamdulilah Juni ada sedikit kenaikan, dibanding 2019 hanya turun 8,3 persen," ujar Arif dalam sebuah diskusi secara online, Jumat (24/7/2020).
Menurut Arif, penurunan aktivitas itu bukan hanya disebabkan oleh pandemi. Tetapi juga disebabkan oleh adanya momen Lebaran.
"Biasanya seminggu before dan after itu terjadi hampir tidak aktivitas meskipun Lebaran tahun ini berbeda dengan tahun lalu," ucap Arif.
Arif menambahkan, tak hanya arus kontainer saja yang alami penurunan pada segmen non kontainer (11,8 persen), Shipping call (13,9 persen) dan penumpang (280 persen) juga alami penurunan.
Meski segmen penumpang turun tajam, tapi itu tak terlalu berpengaruh pada pendapatan perseroan.
"Penumpang kalau dari sisi Pelindo II engga terlalu berikan dampak finansial," tukas Arif.
Selain itu, Pelindo II juga mengundurkan rencana pelepasan saham atau Initial Public Offering (IPO) anak usaha.
Baca Juga: Erick Thohir Bongkar Jajaran Direksi Pelindo I
Awalnya, dua anak usaha PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) dan PT IPC Terminal Petikemas (IPC TPK) bakal IPO pada tahun ini.
Direktur Utama Pelindo II Arif Suhartono mengatakan, alasan ditundanya rencanan IPO ini karena kondisi pandemi virus corona atau covid-19.
"Saya sampaikan IPO dua itu saya hold karena situasi tidak menguntungkan sampai waktu yang belum bisa ditentukan, apakah setahun, 2 tahun, atau 3 tahun," ujar Arif.
Dalam hal ini, Arif bakal melakukan kajian ulang kembalai sebelum membawa dua anak usaha melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Selain itu, Arif melanjutkan, perseroan juga mempertimbangkan kembali aksi korporasi dengan mengakuisisi pelabuhan di luar negeri.
Ia menyebut, akibat pandemi ini perseroan kembali merevisi rencana strategis itu.
"Sebelumnya beberapa pelabuhan yang sebelumnya kita pilih, ada Vietnam, Bangladesh, dan tempat lain. Kelihatannya malah mereka juga terhantam cukup berat dan pasti akan coba kita review ulang," pungkas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Otak Pembunuhan Kacab Bank, Siapa Ken si Wiraswasta Bertato?
-
DPR 'Sentil' Menkeu Purbaya, Sebut Kebijakan Rp200 Triliun Cuma Jadi Beban Bank & Rugikan Rakyat!
-
Ivan Gunawan Blak-blakan: Dijauhi Teman Pesta Usai Hijrah dan Risih Dipanggil 'Haji'
-
5 Prompt AI Viral: Ubah Fotomu Jadi Anime, Bareng Idol K-Pop, Sampai Action Figure
-
Media Belanda Julid ke Eliano Reijnders yang Gabung Persib: Penghangat Bangku Cadangan, Gagal
Terkini
-
Didik Kritik Penempatan Dana Rp200 T di Bank Himbara, Menkeu Purbaya: Dia Harus Belajar Lagi Ya!
-
Bahllil Beberkan Alasan Pemerintah Tunjuk Pertamina Jadi Importir Tunggal BBM
-
Analis: Harga Emas Menuju USD4.000, Trader Perlu Cermati Peluang
-
OJK Catat Likuiditas Bank 'Banjir' Usai Guyuran Dana Rp200 Triliun dari Menkeu
-
DPR 'Sentil' Menkeu Purbaya, Sebut Kebijakan Rp200 Triliun Cuma Jadi Beban Bank & Rugikan Rakyat!
-
Harga Emas Antam Pecah Rekor Lagi Tembus Lebih dari Rp2,1 Juta, Ini Penyebabnya
-
Stok Bensin di SPBU Shell dan BP Banyak Kosong, Menteri Bahlil Sarankan Swasta Beli ke Pertamina
-
Jadi Sekjen Kementerian ESDM, Bahlil Beri Tugas Ahmad Erani Yustika Percepat Hilirasi Energi
-
Mekaarprenuer PNM Tingkatkan Produksi Usaha & Dukung Kemandirian Ekonomi Perempuan
-
IHSG Dekati 8.000, Melawan Pelemahan Bursa Asia Jelang Putusan Suku Bunga The Fed