Suara.com - Teknologi berhasil mengubah wajah industri dan peradaban manusia tak terkecuali sektor perbankan.
Meskipun sudah banyak layanan perbankan yang memanfaatkan layanan digital, tapi bank menghadapi tantangan dengan hadirnya financial technology (fintech). Apalagi saat ini terjadi pandemi virus corona atau Covid-19, yang mengharuskan interaksi sosial masyarakat dibatasi, sehingga kehadiran teknologi sangat membantu.
Mantan CEO Bank CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan, tantangan utama yang dihadapi industri perbankan tak hanya berasal dari fintech tetapi juga dari neobank atau the challenger bank.
Neobank adalah bank yang beroperasi penuh secara digital, tanpa kehadiran kantor cabang. Neobank lahir dari aplikasi teknologi chatting atau aplikasi sosial media lainnya.
"Seperti Kakao Bank di Korea yang lahir dari KakaoTalk, Klarna Bank di Swedia yang lahir dari Shopping Apps ShopNowPayLater, WeBank di Tiongkok yang lahir dari WeChat. Bayangkan, betapa dahsyatnya jika Whatsapps yang memiliki dua miliar active users mendirikan neobank," kata Rasyid dalam keterangan persnya, di Jakarta, Minggu (16/8/2020).
Kata dia, penerapan layanan digital memang menguntungkan bank, tetapi juga memiliki sejumlah tantangan yang harus siap dihadapkan oleh para pelaku usaha.
Salah satu produk digital legacy dan pionir CIMB Niaga di era Rasyid adalah Rekening Ponsel—sebuah dompet digital (e-wallet) perbankan pertama di Indonesia bahkan Asia yang menggunakan Nomor Ponsel sebagai Nomor Rekening.
"Artinya, melalui Rekening Ponsel seseorang dapat melakukan transaksi perbankan seperti: pembelian, pembayaran, transfer, tarik tunai di ATM—tanpa harus memiliki rekening di bank," katanya.
Namun, menjadi yang pertama ternyata tidak serta merta menjadi yang terbesar. Dompet digital yang kini menguasai pasar “digital payment” ternyata tak ada satu pun yang dimiliki perbankan, namun dimiliki oleh perusahaan Fintech. Sebut saja Gopay, DANA, dan OVO.
Baca Juga: Cegah Kebocoran Data, OJK Bakal Atur Penggunaan Teknologi pada Asuransi
Tak hanya mengalahkan dompet digital milik perbankan, Fintech P2P Lending juga mulai berhasil meraih kepercayaan masyarakat melalui berbagai kemudahan dan kecepatan proses pengajuan pinjaman dan persetujuan yang diberikan.
Semua dimungkinkan dengan bantuan teknologi digital. Meski saat ini jumlah dana yang disalurkan melalui Fintech P2P Lending ini masih kecil, di bawah 1 persen dibanding total kredit yang disalurkan perbankan, tapi soal waktu saja Fintech P2P Lending tersebut meraih kepercayaan dan menjadi pilihan alternatif masyarakat dalam mendapatkan pinjaman selain dari perbankan.
"Meski penetrasi layanan Fintech di Indonesia baru 5 persen, namun di berbagai negara cukup tinggi: China 67%l persen, Hong Kong 57 perse , New Zealand 54 persen, India 39 persen dan Australia 17 persen," paparnya.
Data-data global memberikan optimisme, antara lain Alipay dan WeChatPay di China, memecahkan rekor volum transaksi pembayaran digital senilai 12,8 triliun dolar AS (Jan-Oct 2019) jauh melampaui volum transaksi digital payment di AS yang nilainya 49,3 miliar dolar AS di periode yang sama.
Begitu pula, total penyaluran dana Fintech P2P Lending di seluruh dunia mencapai 312 Milyar dolar AS atau Rp 4586,4 Triliun. Tumbuh 25 persen pertahun.
Berita Terkait
-
Kebijakan Publik dalam Sektor Keuangan dan Perbankan Selama Pandemi
-
Pertumbuhan Kredit Perbankan Diramalkan Bakal di Bawah 5 Persen
-
Pasok Likuiditas, Ekonom Sebut LPS Harus Punya Strategi Cegah Risiko Modal
-
Jokowi Siapkan Bansos Khusus UMKM yang Tak Tersentuh Perbankan
-
Digital Banking Marak, Siap-siap Kantor Cabang Bank Bakal Mati
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Ngeri Tapi Nagih! Ini Lho Alasan Psikologis Kenapa Kita Doyan Banget Nonton Film Horor
-
Daftar 46 Taipan yang Disebut Borong Patriot Bond Danantara, Mulai Salim, Boy Thohir hingga Aguan
-
Pilih Gabung Klub Antah Berantah, Persis Solo Kena Tipu Eks Gelandang Persib?
-
Tema dan Pedoman Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2025
-
Emas Antam Tembus Level Tertinggi Lagi, Hari Ini Dibanderol Rp 2.234.000 per Gram
Terkini
-
The 25th ICMSS Networking Night: Perkaya Wawasan dan Penutup Kompetisi Dalam Suasana Profesional
-
Target Harga Bisa Tembus Rp 4.700, Ini Kata Analis Soal Prospek Saham INCO
-
Menkeu Purbaya Ungkap Harga Asli Pertalite dan Gas LPG 3 Kg Tanpa Subsidi, Anda Cuma Bayar Segini!
-
Danantara Ambil Alih Program Sampah di Daerah Jadi Listrik, Tugasi PLN
-
IHSG Sesi I: Tertekan ke 8.096 Akibat Koreksi Saham Bank, BRMS dan RAJA Melesat
-
Harga Emas Hari Ini 30 September 2025: Stagnan di Level Rekor Tertinggi
-
Pegadaian dan Masjid Salman ITB Daur Ulang Air Hujan & Air Wudhu untuk Keberlanjutan Lingkungan
-
IHSG Finis di Zona Hijau, Asing Borong Saham dan Sektor Komoditas Pesta
-
Yuk Ikutan GenKBiz dan Star Festival dari KB Bank, Catat Tanggalnya di 5 Kota Besar Indonesia!
-
PLN Group Buka Rekrutmen 2025: Tersedia untuk D3, S1 dan S2 dengan Gaji Menarik