Suara.com - Banyak yang beranggapan nikotin jauh lebih berbahaya bagi kesehatan dibandingkan dengan TAR. Hal ini tidak tepat. Faktanya, TAR merupakan elemen yang paling berbahaya pada rokok sehingga berpotensi memicu timbulnya berbagai penyakit kronis.
Dosen Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan ahli toksikologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Shoim Hidayat, menjelaskan TAR merupakan residu atau sisa pembakaran pada rokok yang mengandung ribuan jenis partikel.
“Beberapa senyawa yang ada di dalam partikel itulah yang bersifat toksik dan bisa menyebabkan berbagai penyakit akibat merokok,” ujar Shoim ditulis Selasa (4/5/2021).
Berdasarkan data National Cancer Institute Amerika Serikat, TAR mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang dapat memicu kanker. Dari sekitar 7.000 bahan kimia yang ada di dalam rokok, 2.000 di antaranya terdapat pada TAR.
“Jadi kenapa bisa sakit kanker, jantung, dan paru-paru, karena adanya bahan-bahan toksik,” ungkap Shoim.
Lebih lanjut, Shoim menjelaskan TAR dihasilkan dari proses pembakaran yang terjadi saat merokok. Proses pembakaran terjadi hingga suhu lebih dari 600 derajat Celcius. Ketika asap rokok terhirup, TAR akan terpapar ke bagian dalam paru-paru.
“Ketika rokok dibakar, maka akan menghasilkan ribuan bahan kimia yang sebagian besar beracun,” katanya.
Adapun nikotin merupakan senyawa kimia yang tidak memiliki efek karsinogenik. Shoim mengungkapkan efek penggunaan nikotin adalah dapat memberikan rasa ketenangan, namun juga bisa menyebabkan ketergantungan.
“Nikotin memiliki manfaat, tapi juga ada efek sampingnya,” tegas Shoim.
Baca Juga: Bisakah Merokok Berpengaruh pada Vaksinasi Covid-19? Berikut Penjabarannya
Menurut UK Royal College of Physicians, institusi medis di Inggris melakukan tinjauan penelitian yang mengonfirmasi bahwa nikotin dapat menyebabkan ketergantungan, tetapi risiko penyakit disebabkan oleh kandungan lain yang berbahaya dari asap rokok akibat pembakaran, yaitu TAR.
Hal ini diperkuat oleh American Journal of Psychiatry yang menyebutkan efek nikotin mampu memberikan rasa tenang, merangsang aktivitas otak, juga memperbaiki suasana hati.
Untuk meminimalisasi potensi risiko penyakit, Shoim menyarankan perokok dewasa berhenti merokok sepenuhnya atau beralih ke produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan.
Berdasarkan hasil sejumlah kajian ilmiah dari dalam dan luar negeri yang sudah tervalidasi, produk tembakau alternatif terbukti memiliki senyawa kimia berbahaya yang jauh lebih rendah daripada rokok karena tidak ada proses pembakaran saat menggunakannya. Dari penggunaan produk tersebut dihasilkan uap (aerosol).
“Sekarang apa bedanya produk tembakau dipanaskan dengan rokok? Yaitu kadar senyawa kimia berbahayanya jauh lebih rendah daripada rokok yang dibakar. Logikanya, orang menggunakan produk tembakau dipanaskan itu peluang untuk terpapar penyakit menjadi lebih rendah,” tutup Shoim.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Buat Tambahan Duit Perang, Putin Bakal Palak Pajak Buat Orang Kaya
-
Bank Mandiri Akan Salurkan Rp 55 Triliun Dana Pemerintah ke UMKM
-
Investasi Properti di Asia Pasifik Tumbuh, Negara-negara Ini Jadi Incaran
-
kumparan Green Initiative Conference 2025: Visi Ekonomi Hijau, Target Kemandirian Energi Indonesia
-
LHKPN Wali Kota Prabumulih Disorot, Tanah 1 Hektare Lebih Dihargai 40 Jutaan
-
Masyarakat Umum Boleh Ikut Serta, Pegadaian Media Awards Hadirkan Kategori Citizen Journalism
-
Zoomlion Raih Kontrak Rp4,5 Triliun
-
16th IICD Corporate Governance Award 2025: Telkom Meraih Penghargaan Best State-Owned Enterprises
-
Bank Mandiri Raup Laba Rp 24,5 Triliun di Semester I 2025, Turun dari Tahun Lalu