Suara.com - Harga emas dunia bergerak naik pada perdagangan akhir pekan lalu, naik lebih jauh dari level terendahnya dalam dua bulan terakhir.
Kenaikan ini ditopang oleh dolar AS yang melemah dan investor mempertimbangkan prospek pengetatan yang dilakukan bank sentral AS The Federal Reserve.
Mengutip CNBC, Senin (5/7/2021) harga emas di pasar spot, naik 0,4 persen menjadi 1.784,21 dolar AS per ounce, setelah melonjak ke 1.794.86 dolar AS level tertinggi sejak 18 Juni.
Sedangkan emas di pasar berjangka emas ditutup naik 0,4 persen ke harga 1.783,30 dolar AS per ounce.
Data menunjukkan non-farm payrolls AS meningkat lebih besar dari perkiraan sebanyak 850.000 pada bulan Juni, meskipun tingkat pengangguran naik menjadi 5,9 persen dari 5,8 persen pada bulan sebelumnya.
Pejabat The Fed baru-baru ini menyarankan bahwa bank sentral harus mulai mengurangi pembelian asetnya tahun ini.
Namun, Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, mengatakan data itu tidak mungkin memicu serbuan The Fed untuk melonggarkan stimulus atau memulai kenaikan suku bunga.
Dia menambahkan bahwa emas juga menemukan beberapa dukungan karena banyak analis memperkirakan kejutan kenaikan yang lebih besar pada data.
Benchmark imbal hasil Treasury AS dan dolar jatuh setelah laporan tersebut, mendorong emas karena imbal hasil yang lebih rendah mengurangi biaya peluangnya.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Kembali Naik Imbas Menggilanya Virus Corona Varian Delta
Juga di radar investor adalah varian Delta coronavirus yang telah mendorong beberapa negara di Asia dan Eropa untuk mundur dari rencana pembukaan kembali.
"Kekhawatiran ini, dan tingkat vaksinasi yang lebih rendah di beberapa bagian Amerika Serikat, dapat meyakinkan beberapa investor bahwa The Fed akan berhati-hati dalam menaikkan suku bunga, mendukung emas dalam jangka panjang," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.
Sementara itu harga logam mulia lainnya perak naik 1,4 persen menjadi 26,39 dolar AS per ounce. Sementara platinum naik 0,5 persen menjadi 1.087,41 dolar AS per ounce. Paladium naik 0,6 persen menjadi 2.779,85 dolar AS per ounce.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
Terkini
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas
-
Anggaran Dikembalikan Makin Banyak, Purbaya Kantongi Rp 10 Triliun Dana Kementerian Tak Terserap
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Purbaya Bicara Nasib Insentif Mobil Listrik Tahun Depan, Akui Penjualan Menurun di 2025
-
Stimulus Transportasi Nataru Meledak: Serapan Anggaran Kereta Api Tembus 83% dalam Sepekan!
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Purbaya Sebut Dana Badan Rehabilitasi Bencana Bersumber dari APBN
-
Purbaya Ogah Alihkan Dana MBG demi Atasi Bencana Banjir Sumatra
-
Penggunaan Keuangan Digital Meningkat, Volume Transaksi QRIS Tembus Rp1.092 Triliun
-
Tutup Tahun, 7 Bank RI Tumbang