Suara.com - Harga minyak mentah dunia menetap di kisaran 75 dolar AS per barel pada perdagangan Rabu, setelah data menunjukkan stok minyak mentah Amerika turun ke tingkat pra-pandemi.
Mengutip CNBC, Kamis (29/7/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 26 sen, atau 0,4 persenbmenjadi 74,74 dolar AS per barel, setelah membukukan penurunan pertama dalam enam hari pada sesi Selasa.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melonjak 74 sen, atau 1 persen menjadi 72,39 dolar AS per barel.
Persediaan minyak mentah menyusut 4,1 juta barel dalam sepekan hingga 23 Juli, tutur Badan Informasi Energi (EIA) Amerika, dibantu oleh impor yang lebih rendah dan penurunan produksi mingguan.
Stok bensin juga turun, membawanya sebagian besar sejalan dengan tingkat pra-pandemi.
Produk bensin yang dipasok, ukuran permintaan, mencapai rata-rata empat minggu sebesar 9,5 juta barel per hari, level tertinggi sejak Oktober 2019, menurut data EIA.
Harga minyak meroket 45 persen tahun ini, dibantu pemulihan permintaan dan pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC Plus.
Kelompok itu setuju untuk meningkatkan pasokan sebesar 400.000 barel per hari mulai Agustus, melepaskan lebih banyak output dari rekor pemotongan pasokan tahun lalu, tetapi ini dinilai masih terlalu rendah oleh sejumlah analis mengingat rebound permintaan yang diprediksi pada tahun ini.
Respons pasokan Amerika Serikat terhadap harga yang lebih tinggi juga telah diredam sejauh ini. Output bisa memakan waktu lebih dari empat tahun untuk mencapai tingkat pra-pandemi, produsen minyak Hess Corp mengatakan, Rabu, dalam konferensi pers pengumuman laporan keuangan kuartal kedua.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Jelang Rilis Persediaan AS
Namun, melonjaknya jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia, meski ada program vaksinasi, membatasi sisi penguatan minyak dan itu tetap menjadi kekhawatiran utama.
Permintaan bensin di Amerika Serikat dan Eropa mulai mendatar. Analis mencatat bahwa secara global, tingkat permintaan pra-pandemi mungkin tidak akan terlihat sampai setelah tahun depan jika infeksi virus korona dan lambatnya vaksinasi semakin mendorong perubahan struktural dalam permintaan.
Pemulihan ekonomi Amerika tetap di jalurnya meski ada peningkatan infeksi Covid-19, ungkap Federal Reserve, Rabu, dalam pernyataan kebijakan terbaru yang tetap optimistis. The Fed membiarkan suku bunga di level 0 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
-
Para Gubernur Tolak Mentah-mentah Rencana Pemotongan TKD Menkeu Purbaya
Terkini
-
BPKH Buka Lowongan Kerja Asisten Manajer, Gajinya Capai Rp 10 Jutaan?
-
Menkeu Purbaya: Jangan Sampai, Saya Kasih Duit Malah Panik!
-
Purbaya Kasih Deadline Serap Anggaran MBG Oktober: Enggak Terpakai Saya Ambil Uangnya
-
BKPM Dorong Danantara Garap Proyek Carbon Capture and Storage
-
Mengenal Kalla Group: Warisan Ayah Jusuf Kalla yang Menjadi Raksasa Bisnis Keluarga dan Nasional
-
Uang Primer Tumbuh 18,6 Persen, Apa Penyebabnya?
-
IHSG Sempat Cetak Rekor Level Tertinggi 8.200, Ternyata Ini Sentimennya
-
Harga Mati! ESDM Tetap Sarankan Shell Cs Beli BBM Murni dari Pertamina Hingga Akhir Tahun
-
Apa Itu XAUUSD dan Pengaruhnya Terhadap Harga Emas
-
Kementerian BUMN Berubah Jadi BP BUMN, Gaji ASN dan PPPK Turun?