Suara.com - Harga minyak dunia melemah karena kekhawatiran tentang melonjaknya kasus varian Delta virus corona di sejumlah negara.
Mengutip CNBC, Rabu (4/8/2021) harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 48 sen, atau 0,66 persen menjadi 72,41 dolar AS per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut 70 sen, atau 0,98 persen menjadi 70,56 dolar AS per barel.
Harga bertahan lebih rendah dalam perdagangan post-settlement setelah narasumber pasar mengatakan data awal menunjukkan stok minyak mentah turun di Amerika Serikat.
Kekhawatiran atas penyebaran varian Delta di Amerika Serikat dan China, konsumen minyak terbesar, membebani harga, dengan kedua tolok ukur anjlok lebih dari 3 persen pada satu titik.
Di China, penyebaran varian tersebut dari pantai ke perkotaan mendorong pihak berwenang untuk memberlakukan tindakan tegas guna mengendalikan wabah.
"Aliran berita dari China relatif bearish sejak akhir pekan lalu," kata John Kilduff, partner di Again Capital Management, New York.
"Adanya kecemasan tentang situasi Covid-19, yang paling membebani kompleks perminyakan." katanya.
Sebelumnya, minyak mentah Brent dan WTI naik lebih dari 60 sen. Brent melonjak lebih dari 40 persen tahun ini, membantu mendorong laba perusahaan migas global.
Baca Juga: Ekonomi China dan AS Melemah, Harga Minyak Anjlok 3 Persen
"Kami mencoba memperkirakan seberapa besar perlambatan yang akan terjadi terkait varian Delta," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago.
BP, ConocoPhillips, Diamondback Energy Inc dan Continental Resources Inc semuanya melaporkan laba kuartal kedua yang kuat minggu ini.
Ekspektasi kembalinya minyak mentah Iran ke pasar juga menekan harga. Iran dan enam kekuatan melakukan pembicaraan sejak April untuk menghidupkan kembali pakta nuklir yang dapat melepaskan ekspor minyaknya.
Tetapi para pejabat mengatakan masih ada kesenjangan yang signifikan.
Presiden baru Iran, Ebrahim Raisi, Selasa, mengatakan pemerintahnya akan mengambil langkah-langkah untuk mencabut sanksi "tirani" yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat pada sektor energi dan perbankannya.
Perundingan tidak langsung putaran keenam antara Teheran dan Washington ditunda pada 20 Juni, dua hari setelah Raisi terpilih sebagai presiden. Sejumlah pihak yang terlibat dalam negosiasi itu belum mengumumkan kapan pembicaraan akan dilanjutkan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
-
Para Gubernur Tolak Mentah-mentah Rencana Pemotongan TKD Menkeu Purbaya
-
Daftar Harga HP Xiaomi Terbaru Oktober 2025: Flagship Mewah hingga Murah Meriah
Terkini
-
Purbaya Kasih Deadline Serap Anggaran MBG Oktober: Enggak Terpakai Saya Ambil Uangnya
-
BKPM Dorong Danantara Garap Proyek Carbon Capture and Storage
-
Mengenal Kalla Group: Warisan Ayah Jusuf Kalla yang Menjadi Raksasa Bisnis Keluarga dan Nasional
-
Uang Primer Tumbuh 18,6 Persen, Apa Penyebabnya?
-
IHSG Sempat Cetak Rekor Level Tertinggi 8.200, Ternyata Ini Sentimennya
-
Harga Mati! ESDM Tetap Sarankan Shell Cs Beli BBM Murni dari Pertamina Hingga Akhir Tahun
-
Apa Itu XAUUSD dan Pengaruhnya Terhadap Harga Emas
-
Kementerian BUMN Berubah Jadi BP BUMN, Gaji ASN dan PPPK Turun?
-
Utang Krakatau Steel Susut Lebih Cepat, Setelah Restrukturisasi Disetujui
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!