Suara.com - Kisruh Taliban di Afghanistan membuat mimpi Muhammad Ali untuk menjadi penambang Bitcoin dan Ether musnah lantaran adanya larangan internet dan ponsel berkamera di negara itu.
Ali dan sekitar 50 pemuda lain asal Afghanistan kini harus berjuang kabur menuju Eropa, melalui Iran dan Turki, tempat di mana 4 juta warga Suriah mencari perlindungan.
Dikutip dari reuters via Mediablockchain, ada sebuah video yang memperlihatkan Ali dan pemuda lainnya tengah bersembunyi di saluran air tua untuk dijemput.
“Saya sedang merencanakan bisnis penambangan Bitcoin atau Ether. Saya ingin sekali jadi penambang kripto. Namun tiba-tiba semuanya berubah dan Taliban mengambil alih seluruh Afghanistan. Sekarang di sana tidak ada Internet lagi. Bagaimana saya bisa bekerja lagi? Bahkan ponsel berkamera saja Taliban tidak akan mengizinkannya,” katanya.
Usai melakukan perjalanan selama berminggu-minggu melalui Iran, para migran yang masuk lewat provinsi timur Turki, Van, berjalan kaki, bus, atau perahu ke kota Tatvan di tepi barat Danau Van.
Mereka berkali-kali bersembunyi dari pos pemeriksaan polisi yang menelusuri tempat persembunyian mereka.
Dalam beberapa pekan terakhir, polisi Turki telah menahan ribuan migran Afghanistan di antara sekitar 300.000 orang di negara itu.
Mereka yang ditangkap di Bitlis dikirim ke pusat repatriasi di Van, meskipun warga Afghanistan saat ini tidak dikirim kembali ke negara mereka karena kekacauan di sana.
Sehari setelah dia berbicara dengan Reuters, Ali mengirim pesan teks.
Baca Juga: Nasib Kompetisi Sepakbola Afghanistan di Tengah Kudeta Taliban
“Kami ditangkap oleh polisi,” katanya.
Penambang Bitcoin jadi mimpi banyak orang di seluruh dunia. Pemuda di negara lain bisa jadi beruntung karena punya akses Internet melimpah. Tetapi Muhammad Ali harus menunda mimpinya itu hingga entah kapan.
Berita Terkait
-
Jusuf Kalla Minta Masyarakat Indonesia Tak Khawatir dengan Kemenangan Taliban
-
Tak Hanya Jusuf Kalla, Beredar Foto Pertemuan Tokoh NU dengan Taliban
-
Ancaman Teror dari ISIS Terjadi di Bandara Kabul, Afghanistan Semakin Tidak Kondusif
-
Militan Taliban Dilaporkan Mulai Batasi Pergerakan Perempuan Afghanistan
-
MicroStrategy Kembali Borong Bitcoin Rp2,5 Trilyun, Gak Takut Rugi?
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Antam Impor 30 Ton Emas dari Singapura, DPR Minta Kemendag dan Kemenperin Batasi Ekspor Emas
-
Inalum Akan Ambil Alih Tambang Bauksit Antam
-
Indonesia Pasar Kripto Terbesar Kedua di Asia Pasifik
-
Antrean Haji Semakin Panjang, Perencanaan Keuangan Sejak Belia Kian Penting
-
BRI Resmikan Regional Treasury Team Medan untuk Perkuat Layanan Keuangan di Sumatera
-
Mengenal Cropty Wallet, Dompet Kripto bagi Pemula yang Antiribet dan Hadirkan Berbagai Keunggulan
-
Penambangan Tanpa Izin Jadi Ancaman, Kopsindo Dukung Pemerintah untuk Lakukan Penertiban
-
Rupiah Ditutup Menguat Senin Sore, Ini Pemicunya
-
Adrian Gunadi Telah Ditangkap, Daftar Tersangka Kasus di Sektor Keuangan yang Masih Buron
-
Antam Impor 30 Ton Emas dari Singapura dan Australia