Suara.com - Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung secara resmi mendapatkan restu dari pemerintah untuk penyertaan modal negara (PMN).
Proyek ambisius ini diprediksi akan kembali mempercepat prosesnya, sebagaimana disampaikan Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi, saat ini proyek kereta cepat sudah mencapai 89 persen.
“Bahkan saat ini, rangkaian kereta atau Electric Multiple Unit (EMU) untuk proyek tersebut sudah memasuki tahap produksi di pabrik China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) Sifang di Qingdao, China, dengan sistem manajemen mutu terstandarisasi internasional ISO 9001,” kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (1/11/2021).
Ia menambahkan, penyertaan modal negara (PMN) dalam proyek ini melalui PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku leading konsorsium akan mempercepat proyek yang sempat terhenti karena wabah COVID-19.
Melansir dari Warta Ekonomi, 75% pembiayaan KCJB berasal dari China Development Bank (CDB) dan 25% dibiayai dari ekuitas konsorsium.
Dari 25% ekuitas, 60% berasal dari konsorsium Indonesia karena menjadi pemegang saham mayoritas. Sehingga pendanaan dari konsorsium Indonesia ini sekitar 15% dari proyek. Sedangkan sisanya sebesar 85% dibiayai dari ekuitas dan pinjaman pihak China, tanpa adanya jaminan dari Pemerintah Indonesia.
Proyek ambisius ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dibangun melalui kerja sama Indonesia dan China.
Meski proyek ini menuai polemik sejak awal, pasalnya, Indonesia sempat menjalin kerja sama dengan Jepang hingga adanya penggelembungan dana proyek, kini dipastikan proyek itu kembali bergulir.
Progres pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung cukup akseleratif. Sekadar membandingkan, proyek serupa juga dibangun di India oleh konsorsium perusahaan asal Jepang.
Baca Juga: Faisal Basri Sebut Sampai Kiamat Proyek Kereta Cepat Tak Balik Modal
Namun, pengerjaan kereta cepat 508 kilometer itu macet. Dilansir Indian Express, macetnya kereta cepat itu akibat imbas pandemi Covid-19. Alhasil, pengerjaan proyek itu mundur dari rencana awal 2023 menjadi 2028.
Berita Terkait
-
Ngeri! Makhluk Ini Keluar dari Retakan Akibat Blasting Terowongan Kereta Cepat
-
Anggaran Proyek Kereta Cepat Tidak Rasional
-
Nestapa Korban Blasting Kereta Cepat: Rumah Rusak, Tak Laku Dijual dan Digadai
-
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bakal Pacu Ekspansi Bisnis
-
Ratusan Warga Dihantui Bencana akibat Pengerjaan Proyek Kereta Cepat Indonesia China
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
Terkini
-
Bullion Connect 2025: Forum Pemerintah Dorong Penguatan Ekosistem Bulion Nasional
-
Medical Advisory Board, Langkah AdMedika Dalam Perkuat Tata Kelola Medis
-
Ajang Anugerah Media Humas - Komdigi 2025: Telkom Raih Dua Penghargaan Terbaik
-
Emas Antam Terjungkal, Harganya Lebih Murah Jadi Rp 2.322.000 per Gram
-
Gelar RUPSLB, CRSN Tambah Portofolio Bisnis
-
Daftar Maskapai Pindah ke Terminal 1B Bandara Soetta, Mulai Berlaku Pekan Ini
-
Rupiah Kian Tertekan, Dibuka Melemah ke Rp16.754 per Dolar AS
-
IHSG Terus Meroket, Betah Naik di Level 8.400
-
BI Bakal Hati-hati Kelola Utang Indonesia yang Tembus Rp 7.092 Triliun
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor