Suara.com - Aktivitas sebagian besar pabrik Asia melambat pada Maret 2022 lalu akibat menurunnya permintaan China serta peningkatan bahan baku akibat krisis Ukraina menambah ketegangan bagi perusahaan-perusahaan yang sudah menderita gangguan rantai pasokan yang berkepanjangan.
Namun demikian, Jepang mendapat manfaat dari berkurangnya infeksi COVID-19, lonjakan biaya bahan bakar dan biji-bijian mengaburkan prospek banyak ekonomi Asia yang bergantung pada impor energi.
Aktivitas pabrik China sempat membaik sebelum akhirnya merosot pada bulan lalu. Krisis Ukraina dan kenaikan kasus COVID-19 di China semakin memukul permintaan pasokan dari dalam dan luar negeri.
Hasil tersebut sejalan dengan data resmi Kamis (31/3/2022) yang menunjukkan aktivitas manufaktur dan jasa China secara bersamaan berkontraksi pada Maret untuk pertama kalinya sejak puncak wabah COVID-19 negara itu pada 2020.
Perlambatan di China menjadi pertanda buruk bagi Asia, yang menjadi tuan rumah bagi produsen besar yang bergantung pada konsumsi di ekonomi terbesar kedua di dunia, kata para analis.
Hal serupa juga terjadi di Korea Selatan dengan pesanan ekspor baru mencatat pengurangan paling tajam sejak Juli 2020, karena perusahaan terpukul dari kenaikan harga input barang mulai dari minyak, logam, dan semikonduktor.
Sementara, Taiwan dan Vietnam juga terpantau mulai merasakan penurunan produksi akibat kenaikan harga bahan baku, data PMI lain yang dirilis pada Jumat menunjukkan.
"Saluran utama transmisi akan berasal dari harga-harga komoditas, jadi energi, minyak, gas, serta bahan makanan," kata Tai Hui, kepala strategi pasar Asia di J.P. Morgan Asset Management.
"Apa yang akan terjadi adalah bahwa produsen, terutama beberapa yang lebih hilir, mereka akan menghadapi sedikit lebih banyak tekanan biaya," katanya.
Baca Juga: Studi: Vaksin Pfizer-BioNTech Turunkan Risiko Anak Dirawat karena COVID-19
Sebaliknya, Jepang melihat aktivitas manufaktur tumbuh lebih cepat dari bulan sebelumnya pada Maret, karena permintaan domestik mendapat dorongan dari dampak pandemi yang memudar.
Tetapi pesanan ekspor Jepang merosot karena permintaan eksternal menderita dari pembatasan pandemi di China dan gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh perang Rusia di Ukraina.
Indeks PMI Korea Selatan turun menjadi 51,2 pada Maret dari 53,8 pada Februari, berdiri di atas ambang batas 50 yang menunjukkan ekspansi dalam aktivitas, tetapi terendah dalam empat bulan.
Final au Jibun Bank PMI Jepang naik menjadi 54,1 di bulan Maret, naik dari 52,7 di bulan sebelumnya.
Berita Terkait
-
Kantor Bupati Lombok Utara Segera Dibangun di Lahan 2,6 Hektare Dengan Dana Rp 43 Miliar
-
Perusahaan Manufaktur CCM dan Digital Payment MILI Manfaatkan Momentum Pemulihan Ekonomi
-
Batuk Terus-menerus Usai Pulih dari Virus Corona Covid-19, Begini Cara Mengatasinya!
-
Studi: Vaksin Pfizer-BioNTech Turunkan Risiko Anak Dirawat karena COVID-19
-
Jakarta Macet Lagi Karena Pelonggaran, Wagub DKI: Itu Salah Satu Penyebab Kualitas Udara Tidak Sehat
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Survei: BI Bakal Tahan Suku Bunga di 4,75 Persen, Siapkan Kejutan di Desember
-
Berapa Uang yang Dibutuhkan untuk Capai Financial Freedom? Begini Trik Menghitungnya
-
Tiru Negara ASEAN, Kemenkeu Bidik Tarif Cukai Minuman Manis Rp1.700/Liter
-
Pemerintah Bidik Pemasukan Tambahan Rp2 Triliun dari Bea Keluar Emas Batangan di 2026
-
BRI Dukung PRABU Expo 2025, Dorong Transformasi Teknologi bagi UMKM Naik Kelas
-
Bunga KUR Resmi Flat 6 Persen dan Batas Pengajuan Dihapus
-
Finex Rayakan 13 Tahun Berkarya
-
Pertamina Blokir 394.000 Nomor Kendaraan, Tak Bisa Lagi Beli Pertalite dan Solar Subsidi
-
Pertamina Setor Dividen Jumbo ke Danantara, Capai Rp 23 Triliun hingga September 2025
-
BTN Gandeng Arsitek Hingga Pengembang Gali Inovasi Baru Sektor Properti