Suara.com - Harga minyak dunia bergerak stabil pada perdagangan akhir pekan lalu tetapi di jalur penurunan mingguan di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga yang tajam.
Mengutip CNBC, Senin (19/9/2022) minyak mentah berjangka Brent naik 51 sen ke harga USD91,35 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat tipis 1 sen di harga USD85,11 per barel.
Kedua tolok ukur harga minyak tersebut menuju kerugian mingguan ketiga berturut-turut. Sebagian dirugikan oleh dolar AS yang kuat, yang membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya. Indeks dolar bertahan di dekat level tertinggi minggu lalu di atas 110.
Pada kuartal ketiga sejauh ini, baik Brent dan WTI turun 20 persen yang merupakan persentase penurunan kuartalan terburuk sejak dimulainya pandemi virus corona dalam tiga bulan pertama tahun 2020.
Investor bersiap untuk kenaikan suku bunga AS. Pasar juga terguncang oleh prospek Badan Energi Internasional (IEA) yang memperkirakan pertumbuhan demand minyak pada kuartal IV tahun ini hampir nol karena demand minyak di China lemah. China dikenal sebagai importer minyak terbesar di dunia.
"Baik IMF dan Bank Dunia memperingatkan bahwa ekonomi global dapat mengarah ke resesi tahun depan. Ini menjadi berita buruk untuk sisi permintaan minyak dan datang sehari setelah perkiraan IEA (atas) permintaan minyak, "kata analis PVM Stephen Brennock.
"Kekhawatiran resesi ditambah dengan ekspektasi suku bunga AS yang lebih tinggi membuat koktail bearish yang kuat." Tambah dia.
Analis lain mengatakan sentimen negatif oleh Departemen Energi AS bahwa tidak mungkin berusaha untuk mengisi kembali Cadangan Minyak Strategis sampai setelah tahun fiskal 2023.
Di sisi penawaran, pasar telah menemukan beberapa dukungan pada berkurangnya ekspektasi kembalinya minyak mentah Iran karena pejabat Barat mengecilkan prospek menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dengan Teheran.
Baca Juga: Sindir Rezim Jokowi, AHY: Harga Minyak Dunia Turun, Harga BBM Harusnya Juga Turun
Harga minyak juga dapat didukung pada kuartal keempat oleh kemungkinan pengurangan produksi OPEC +, yang akan dibahas pada pertemuan Oktober. Sementara Eropa menghadapi krisis energi yang didorong oleh ketidakpastian pasokan minyak dan gas dari Rusia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Industri Kreatif Indonesia Miliki Potensi Besar, Jakarta IP Market 2025 Siap Digelar
-
Kemenkeu Rekrut 4.350 CPNS Setiap Tahun Hingga 2029, Total 19.500 Pegawai Baru
-
TPIA Kucurkan Rp12,53 Triliun untuk Akusisi SPBU ExxonMobil
-
Pengusaha Biro Umrah dan Haji Ramai-ramai Dipanggil KPK Hari Ini, Ada Apa?
-
CPNS Kemenkeu 2026 Tidak Dibuka untuk Sarjana Non-kedinasan: Hanya Lulusan SMA
-
Kronologi Kader PKB Sebut MBG Tidak Perlu Ahli Gizi, Cukup Lulusan SMA
-
OJK Awasi Ketat Penyalahgunaan Barang Jaminan di Bisnis Gadai
-
Prediksi Jadwal dan Formasi CPNS 2026: Formasi, Seleksi Administrasi dan Ujian
-
Promo Superindo Hari Ini: Katalog Lengkap 17-20 November 2025, Surganya Diskon!
-
Soal Isu Merger dengan GOTO, Presiden Grab: Ngapain? Pertumbuhan Kami Lagi Bagus di Indonesia!