Suara.com - Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Ninasapti Triaswati menyebut, Indonesia harus jaga momentum dan pertumbuhan ekonomi agar terhindar dari resesi.
“Yang penting bagaimana mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi. Mudah-mudahan hanya slowing down, turun sedikit tetapi tidak sampai resesi,” katanya dalam diskusi The Indonesian Institute.
Menurut Nina, saat resesi terjadi secara global, tekanan terhadap Indonesia akan masuk dalam beberapa jalur yaitu dari mitra dagang, harga komoditas global, pertumbuhan ekonomi, inflasi, tenaga kerja dan sosial ekonomi.
Hal ini lantaran sejauh ini ekonomi dari beberapa mitra dagang utama Indonesia masih mengalami pertumbuhan pada kuartal II-2022 seperti Tiongkok 0,4 persen, Amerika Serikat 1,6 persen, Korea Selatan 2,9 persen, Singapura 4,8 persen, Vietnam 7,7 persen, Taiwan 3,1 persen dan Uni Eropa 4 persen.
Salah satu momentum positif yang harus dipertahankan Indonesia salah satunya neraca perdagangan yang surplus selama 29 kuartal seperti pada kuartal II-2022 surplus 15,55 miliar dolar AS.
Surplus neraca keuangan menurut dia harus bisa dipertahankan hingga akhir tahun mengingat pada tahun depan terdapat potensi beberapa harga komoditas mengalami tekanan.
Selain itu, neraca perdagangan Indonesia surplus karena beberapa harga komoditas andalan Indonesia mengalami kenaikan namun belum tentu hal ini terjadi pada tahun depan.
“Harga-harga tampaknya mulai menurun jadi mengkhawatirkan. Jadi indeks harga komoditas global tahun depan tidak sebaik sekarang,” ujar Nina.
Meski demikian, Nina optimistis Indonesia tidak akan mengalami resesi, meski akan tetap terdampak dari resesi global seperti dari sisi inflasi yang tinggi.
Baca Juga: Indonesia Butuh Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru
Sebelumnya, inflasi Indonesia diperkirakan tinggi pada 2023 karena harga-harga komoditas yang diimpor Indonesia mengalami kenaikan khususnya energi dan makanan.
“(Impor) makanan seandainya kita bisa merapikan swasembada kita maka kita tidak akan tergantung. Energi agak repot karena kita masih impor banyak,” pungkasnya.
Berita Terkait
-
Begini Cara Agar Indonesia Selamat dari Resesi Dunia Tahun 2023
-
Ekonomi Ukraina Makin Tertekan, Inflasi 30 Persen Diprediksi Sulit Turun
-
Lakukan dan Terapkan Hal-hal Berikut agar Dompet Aman !
-
4 Hal yang Harus Kamu Persiapkan saat Menghadapi Resesi Ekonomi
-
Indonesia Butuh Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- 4 Sepatu Lari Teknologi Tinggi Rekomendasi Dokter Tirta untuk Kecepatan Maksimal
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
Pilihan
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
-
Seluruh Gubernur Wajib Umumkan Kenaikan UMP 2026 Hari Ini
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
Terkini
-
Pemerintah Tetapkan SOP Ketat Cegah Masuknya Zat Radioaktif di Tanjung Priok
-
Saham INET Anjlok di Tengah Rencana Rights Issue Rp3,2 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Rupiah Terus Menguat, Dolar AS Melemah ke Level Rp16.765
-
BRI Tetap Melayani Saat Libur Nataru: Berikut Jadwal 159 Unit Kerja Operasional
-
Purbaya Kaji Geo Dipa Pasok Gas ke Kawasan Industri, Harga Lebih Murah dari Pertamina
-
Harga Perak Antam Naik Berturut-turut, Tahun Baru Cetak Rekor Baru?
-
8 Ide Usaha yang Belum Banyak Pesaing di 2026, Cocok untuk Pemula?
-
Trump 'Ngebet' Caplok 4 Juta Barel Minyak Venezuela, China dan Rusia Geram
-
PKH Tahap 4 2025 Segera Cair, Ini Cara Cek Statusnya di Cekbansos.kemensos.go.id
-
Purbaya Siapkan Rp 2 Triliun dari LPEI untuk Pembiayaan Ekspor Industri Tekstil dan Furnitur