Suara.com - Harga minyak dunia jatuh lebih dari 3 persen pada perdagangan hari Kamis, dengan permintaan tertekan oleh meningkatnya kasus Covid-19 di China dan kekhawatiran kenaikan suku bunga Amerika yang lebih agresif.
Mengutip CNBC, Jumat (18/11/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup anjlok USD3,08 atau 3,3 persen menjadi USD89,78 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), merosot USD3,95, atau 4,6 persen menjadi menetap di posisi USD81,64 per barel.
"Ini semacam pukulan tiga kali lipat. Kita mendapati kasus Covid-19 yang melonjak di China, suku bunga terus meningkat di Amerika, dan sekarang kita memiliki pelemahan teknikal di pasar," kata Dennis Kissler, Vice President BOK Financial.
Presiden Federal Reserve St Louis, James Bullard, mengatakan aturan dasar kebijakan moneter akan mengharuskan suku bunga naik setidaknya sekitar 5 persen sementara asumsi yang lebih ketat akan merekomendasikan suku bunga di atas 7 persen.
Dolar juga menguat setelah investor mencerna data ekonomi Amerika. Dolar yang lebih kuat membuat minyak berdenominasi greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
China melaporkan peningkatan infeksi Covid-19 harian dan pengilangan China meminta untuk mengurangi volume minyak mentah Saudi pada Desember, sementara juga memperlambat pembelian minyak mentah Rusia.
Meski beban kasus Covid di China lebih kecil daripada negara lain, importir minyak mentah terbesar di dunia itu mempertahankan kebijakan ketat untuk meredam wabah tersebut, mengurangi permintaan bahan bakar.
"Pasar benar-benar terperangkap dalam potensi kehancuran permintaan yang serius, dan kita pasti melihat perubahan mood ke sisi negatifnya," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.
Baca Juga: Jaringan Pipa Minyak Druzhba Dihentikan, Harga Minyak Dunia Naik
Polandia dan NATO, Rabu, mengatakan sebuah rudal yang jatuh di wilayah negara itu mungkin ditembakkan oleh sistem pertahanan udara Ukraina dan bukan serangan Rusia, meredakan kekhawatiran perang Rusia-Ukraina bakal melebar.
"Syukurlah, ketakutan itu mereda dan situasi lebih kondusif, yang membuat keuntungan minyak menguap," kata Craig Erlam, analis OANDA.
Minyak mendapat dukungan dari angka resmi yang menunjukkan stok minyak mentah AS turun lebih besar dari perkiraan 5 juta barel dalam minggu terakhir.
Pasokan juga mengetat pada November karena OPEC dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC Plus, menerapkan kontrol produksi terbaru mereka untuk mendukung pasar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
Terkini
-
Kekayaan Ridwan Kamil dan Atalia Praratya yang Dikabarkan Cerai
-
Merger BUMN Karya Tuntas Awal 2026, BP BUMN Ungkap Update Terkini
-
Target Harga BUMI di Tengah Aksi Jual Saham Jelang Tahun Baru
-
HET Beras Mau Dihapus
-
Dana Jaminan Reklamasi 2025 Tembus Rp35 Triliun, Syarat Wajib Sebelum Operasi!
-
Harga Beras Bakal Makin Murah, Stoknya Melimpah di 2026
-
DJP Blokir 33 Rekening Bank hingga Sita Tanah 10 Hektare ke Konglomerat Penunggak Pajak
-
Emiten TRON Perkuat Bisnis Kendaraan Listrik, Jajaki Pengadaan 2.000 Unit EV
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
DJP Kemenkeu Kantongi Rp 3,6 Triliun dari Konglomerat Penunggak Pajak